Trauma Gara-gara Virus Corona
Sama halnya dengan orang-orang yang didiagnosis positif Covid-19. Mereka bisa mengalami masalah kesehatan mental karena merasa stres
Penulis: Finneke Wolajan | Editor: Finneke Wolajan
Harus Tetap Dapat Pendampingan
Dokter spesialis kejiwaan Diah Setia Utami mengatakan, bukan hal mudah bagi seseorang untuk menerima dirinya didiagnosis terkena penyakit tertentu.
Sama halnya dengan orang-orang yang didiagnosis positif Covid-19. Mereka bisa mengalami masalah kesehatan mental karena merasa stres.
Belum lagi selama masa pemulihan mereka harus diisolasi sehingga tidak bisa berinteraksi langsung dengan orang-orang terdekat.
Hal itu tentunya bisa menimbulkan masalah kesehatan mental tersendiri. Bahkan masalahnya bisa berlanjut hingga mereka dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit.
Mereka yang telah sembuh dari Covid-19 mengalami trauma psikologis sehingga harus tetap mendapat pendampingan dari tenaga profesional.
“Mereka yang keluar dari rumah sakit merasa terisolasi, merasa tidak bisa diterima oleh lingkungan, dan pada akhirnya membuat mereka mengisolasi diri,” kata Diah dalam webinar Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Rabu (14/10/2020).
Pasien Covid-19 yang telah sembuh sebaiknya tetap berkonsultasi dengan tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater.
Tak perlu bertemu langsung, pendampingan bisa dilakukan melalui layanan telemedicine atau konseling daring.
Pendampingan tersebut dilakukan hingga mereka sudah merasa baik-baik saja dan siap untuk kembali ke masyarakat guna melakukan aktivitas seperti semula.
“Lama waktu pendampingan setiap individu enggak sama karena kemampuan adaptasinya beda-beda,” ujar Diah.
Begitu pula dengan Meis Regah yang terpaksa mengikhlaskan suaminya meninggal di rumah, karena takut dimakamkan dengan protokol Covid-19.
Saat ini Meis dan keluarganya berupaya disiplin menerapkan protokol kesehatan yang telah dianjurkan pemerintah yakni memakai masker, rajin mencuci tangan dan menjaga jarak.
Namun trauma mengenai rumah sakit masih bersisa karena memang pandemi belum usai.
Agar tak sakit, Meis dan keluarga menjaga kesehatan. Beberapa kali cucunya sakit, awalnya diupayakan dengan obat kalau tak ada perubahan kami bawa ke puskesmas.
“Syukur tak ada sakit yang parah. Sampai sekarang kami takut ke rumah sakit, tapi sudah tak setakut dulu. Kehidupan memang tak seperti dulu lagi, apalagi suami saya sudah tak ada,” katanya. (tribunmanado.co.id/finnekewolajan)