Inflasi
BI: Pengendalian Inflasi Sulut Tergantung Penanganan Covid-19
Kurva kasus aktiv Covid-19 di Sulut harus terus ditekan dan dijaga pada level terkendali sehingga aktivitas sosial ekonomi masyarakat meningkat
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pengendalian inflasi Sulut sangat bergantung dari penanganan Covid-19.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulut, Arbonas Hutabarat mengatakan, ke depan, pengendalian inflasi tidak dapat dilepaskan dari pergerakan aktivitas ekonom.
"Kurva kasus aktiv Covid-19 di Sulut harus terus ditekan dan dijaga pada level terkendali sehingga aktivitas sosial ekonomi masyarakat meningkat," kata Arbonas kepada Tribun Manado, Rabu (02/12/2020).
Meski berisiko memberikan tekanan inflasi, peningkatan aktivitas tentu akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Karena itu, BI memandang, upaya bersama serta sinergi seluruh dinas dan kementerian/lembaga terkait untuk menjaga ketersediaan pasokan komoditas strategis perlu dilakukan dalam pengendalian inflasi di tengah potensi peningkatan permintaan.
Ketersediaan pasokan dan manajemen stok pangan akan Iebih efektif bila dilakukan antar daerah dengan memanfaatkan sumber daya daerah yang berlebih.
Koordinasi lintas TPID kabupaten kota terutama dengan TPID di wilayah produsen pangan penting diperkuat untuk mengantisipasi potensi permasalahan pasokan, distribusj maupun keterjangkauan harga secara dini.
Selain itu salah satu langkah strategis yang potensial adalah dengan membangun Kerjasama Antar Daerah (KAD) yang diharapkan akan mendukung terciptanya mekanisme perdagangan komoditas strategis yang Iebih efisjen di Manado dan Kotamobagu.
Manado-Kotamobagu Inflasi di November, BI: Indikator Pemulihan Ekonomi Daerah
Kota Manado mengalami inflasi sebesar 0,27 persen (mtm) di Bulan November 2020.
Sementara Kota Kotamobagu juga inflasi 0,65 (mtm), tertinggi di Pulau Sulawesi.
Dengan demikian, inflasi tahunan Manado dan Kotamobagu masing-masing tercatat sebesar -0,27 persen (yoy) dan sebesar 3,21 persen (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulut, Arbonas Hutabarat menjelaskan, inflasi tahunan Manado tersebut berada dibawah rentang target inflasi nasional 3±1 persen (yoy).
"Adapun inflasi Kotamobagu masih bergerak dalam rentang target dimaksud," ujar Arbonas kepada Tribun Manado, Rabu (02/12/2020).
Secara nasional, IHK bulan November 2020 juga tercatat inflasi sebesar 0,28 persen (mtm) dengan laju inflasi tahun kalender sebesar 1,23 persen (ytd) dan laju inflasi tahunan sebesar 1,59 persen (yoy).
Jika dilihat dari kelompok penyusunnya, pergerakan harga di Manado sebagian besar digerakkan oleh kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau.
Indeks harga Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau mengalami inflasi sebesar 0,72 persen (mtm) dan memberikan kontribusi sebesar 0,21 persen (mtm).
Arbonas bilang, berlanjutnya pembalikan harga komoditas strategis bawang merah dan tomat menjadi faktor pendorong utama tekanan inflasi kelompok tersebut di Kota Manado.
Bawang merah dan tomat kembali melanjutkan pembalikan harga bulan ini setelah secara berturut-turut mengalami deflasi pada bulan Juli-September 2020.
"Hal ini sejalan dengan pola historis pergerakan harga komoditas tersebut yang cenderung naik di akhir tahun," katanyam
Meski demikian, kenaikan tekanan kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau tertahan penurunan harga komoditas cabai rawit dan ikan Cakalang.
Sementara itu, penurunan harga ikan Cakalang didukung kenaikan pasokan sejalan dengan anomali cuaca yang relatif berkurang selama bulan November 2020.
Sementara itu, tekanan inflasi di Manado juga ikut didorong kenaikan tarif angkutan udara yang memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,08 persen (mtm).
Meskipun sudah mengalami pembebasan biaya pelayanan jasa penumpang dan pesawat udara (PJP2U), kenaikan permintaan menjelang akhir tahun dan berkurangnya harga promosi oleh maskapai 'low cost carrier' mendorong kenaikan tarif angkutan udara secara umum.
Sementara itu, fenomena yang hampir sama juga terjadi di Kotamobagu. Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau juga menjadi faktor penyebab utama deflasi.
Kelompok tersebut memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,52 persen (mtm) dari total tekanan inflasi bulanan Kotamobagu sebesar 0,65 persen (mtm).
Kenaikan tekanan inflasi tersebut terutama berasal dari kenaikan bawang merah, cakalang diawetkan, ikan tongkol dan tomat.
Kenaikan harga bawang merah dan tomat sejalan dengan fenomena Yang terjadi di Kota Manado.
Meski demikian penurunan harga pada komoditas ikan Cakalang, bayam dan kangkung menahan tekanan inflasi yang lebih tinggi dari kelompok tersebut.
BI dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulut memandang meningkatnya tekanan inflasi di Manado sesuai dengan pola historis memberikan indikasi pemulihan konsumsi masyarakat.
"Aktivitas sosial ekonomi kembali menunjukan tren positif pada November 2020 setelah pada Oktober cenderung stagnan," kata Arbonas.
Katanya, rata-rata Google Mobility Index untuk Sulut, terutama untuk kategori grosir dan farmasi telah mencapai angka positif pada bulan Oktober 2020 terus berlanjut hingga November.
Hal ini menunjukan level aktivitas grosir dan farmasi setidaknya sudah serupa dibandingkan level aktivitas pra Covid-19.
Dari sisi retail dan rekreasi, meski lambat, kenaikan aktivitas tetap ada seiring penurunan dari baseline Pra Covid-19 pada November rata-rata tercatat sebesar -12,9 persen Iebih rendah dibanding Oktober yang tercatat sebesar -15,2 persen.
Kenaikan aktivitas ini diperkirakan akan terus berlanjut pada bulan Desember. Kenaikan aktivitas juga didorong dengan permintaan yang cenderung meningkat pada akhir tahun menjelang hari raya natal dan tahun baru.
"Meningkatnya aktivitas dan permintaan masyarakat akan ditransmisikan pada kenaikan tekanan inflasi," jelas dia.
Hal ini juga sejalan dengan pola historis tekanan inflasi Manado yang relatif tinggi pada akhir tahun.
"Inflasi diperkirakan masih akan terkendali seiring adanya kenaikan produksi dan membaiknya ketersediaan pasokan komoditas-komoditas strategis," ujar Arbonas.(ndo)