Berita Internasional
Iran Tolak Negosiasi Baru dengan Barat Meski Donald Trump Tak Lagi Berkuasa: Tidak Ada Manfaat
Presiden AS Donald Trump membatalkan kesepakatan itu pada 2018, dan Iran menanggapi dengan mengurangi kepatuhannya
TRIBUNMANADO.CO.ID - Prospek negosiasi baru dengan negara bagian Barat, ditolak Pemimpin Tertinggi Iran.
Kemenangan Joe Biden telah meningkatkan kemungkinan Amerika Serikat (AS) bisa bergabung kembali dengan kesepakatan yang Iran capai dengan kekuatan dunia pada 2015,
di mana pencabutan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Iran.
Presiden AS Donald Trump membatalkan kesepakatan itu pada 2018, dan Iran menanggapi dengan mengurangi kepatuhannya terhadap pembatasan program nuklir mereka.
Staf Biden mengatakan, Presiden terpilih AS itu siap memulihkan kesepakatan asalkan Iran kembali mematuhinya. Tetapi, para diplomat dan analis menyebutkan, ini tidak mungkin terjadi dalam semalam karena kedua pihak menginginkan komitmen tambahan.

Koreksi lebih dulu
Washington ingin Teheran mengekang program rudal yang tidak tercakup dalam kesepakatan nuklir, dan mengurangi intervensinya di Timur Tengah.
Iran telah lama mengatakan, tidak akan bernegosiasi mengenai rudal, dan tak ada pembicaraan yang dapat dimulai kecuali AS kembali ke perjanjian nuklir dan mencabut sanksi tanpa syarat.
Dalam sambutan yang disiarkan televisi pemerintah pada Selasa (24/11), Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan keraguannya tentang keseluruhan proyek negosiasi dengan Barat.
"Kami pernah mencoba cara agar sanksi dicabut dan dinegosiasikan beberapa tahun, tetapi ini tidak membawa kami ke mana-mana," katanya seperti dikutip Reuters.
"Mereka ikut campur dalam urusan regional, mereka memberi tahu kami untuk tidak ikut campur. Dan sementara Inggris dan Prancis memiliki rudal nuklir, mereka memberi tahu kami untuk tidak memiliki rudal. Apa hubungannya dengan Anda? Anda harus mengoreksi diri Anda terlebih dahulu," tegas dia.
Khamenei telah lama mengkritik negosiasi dengan Barat. Namun demikian, dia memberikan restu utamanya pada kesepakatan nuklir ketika perjanjian itu tercapai pada 2015.
Sanksi AS yang berlaku lagi di bawah Trump sejak itu menghantam ekonomi Iran dengan keras, merusak argumen Presiden Hassan Rouhani yang pragmatis bahwa membuka Iran kepada dunia akan meningkatkan kualitas hidup.
Juru bicara Pemerintah Iran Ali Rabiei mengatakan pada Selasa (24/11), perusahaan asing sudah bersiap untuk kembali ke negaranya.

Tidak ada manfaat