Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

News

Orang Nomor 2 Al-Qaeda Ditembak Mati Agen Israel di Iran, Sosok Berbahaya Pimpinan Jaringan Teroris

Agen Israel langsung melakukan pembunuhan, menurut dua pejabat, lansir The New York Times, Minggu (15/11/2020).

Editor: Frandi Piring
The New York Times
Orang nomor 2 Al-Qaeda Mohammed al-Masri ditembak mati Agen Israel. 

Ada spekulasi pembunuhan itu mungkin merupakan provokasi Barat yang dimaksudkan untuk menimbulkan reaksi kekerasan Iran sebelum pemungutan suara Dewan Keamanan.

Dan pembunuhan yang ditargetkan oleh dua pria bersenjata dengan sepeda motor sesuai dengan modus operandi pembunuhan ilmuwan nuklir Iran sebelumnya oleh Israel.

Bahwa Israel akan membunuh seorang pejabat Hizbullah, yang berkomitmen memerangi Israel, juga tampaknya masuk akal, kecuali fakta bahwa Israel secara sadar menghindari pembunuhan para operator Hizbullah agar tidak memprovokasi perang.

Nyatanya, Habib Daoud tidak ada.

Beberapa warga Lebanon yang memiliki hubungan dekat dengan Iran mengatakan belum pernah mendengar tentang dia atau pembunuhannya.

Pencarian media berita Lebanon tidak menemukan laporan tentang seorang profesor sejarah Lebanon yang tewas di Iran musim panas lalu.

Dan seorang peneliti pendidikan dengan akses ke daftar semua profesor sejarah di negara itu mengatakan tidak ada catatan tentang Habib Daoud.

Salah satu pejabat intelijen mengatakan bahwa Habib Daoud adalah alias pejabat Iran yang diberikan kepada al-Masri dan pekerjaan mengajar sejarah adalah cerita palsu.

Pada Oktober 2020, mantan pemimpin Jihad Islam Mesir, Nabil Naeem, yang menyebut al-Masri sebagai teman lama, mengatakan hal yang sama kepada saluran berita Saudi Al-Arabiya.

Iran mungkin punya alasan bagus untuk menyembunyikan fakta bahwa mereka menyembunyikan musuh yang diakui, tapi kurang jelas mengapa para pejabat Iran akan menerima pemimpin Qaida itu sejak awal.

Ini bukan pertama kalinya Iran bergabung dengan militan Sunni, setelah mendukung Hamas, Jihad Islam Palestina, dan Taliban.

"Iran menggunakan sektarianisme sebagai gada jika sesuai dengan rezim, tetapi juga bersedia untuk mengabaikan perpecahan Sunni-Syiah bila sesuai dengan kepentingan Iran," kata Colin P. Clarke, analis kontraterorisme di Soufan Center.

Iran secara konsisten membantah menampung para pejabat Qaida.

Pada 2018, juru bicara Kementerian Luar Negeri Bahram Ghasemi mengatakan bahwa karena perbatasan Iran yang panjang dan keropos dengan Afghanistan, beberapa anggota Qaida telah memasuki Iran.

Tetapi mereka telah ditahan dan dikembalikan ke negara asalnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved