Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Hari Pahlawan

Sosok Bung Tomo, Pahlawan Religius, Paling Keras Tolak Poligami, Pernah Kritik Presiden Soekarno

Dahsyatnya perlawanan arek-arek Surabaya dan pejuang Republik Indonesia membuat 10 November dikenang sebagai Hari Pahlawan.

Editor:
Kolase Foto: pahlawancenter.com/Tribunnews.com
Profil Sutomo (Bung Tomo) - Pahlawan Nasional - Pembangkit Semangat Rakyat Pertempuran 10 November 1945. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Bung Tomo, sosok di balik Hari Pahlawan 10 November.

Bung Tomo merupakan tokoh di balik pertempuran maha dahsyat Surabaya tahun 1945.

Bung Tomo merupakan seorang pejuang yang membangkitkan semangat pertempuran pejuang dan rakyat Indonesia di Surabaya waktu itu.

Dahsyatnya perlawanan arek-arek Surabaya dan pejuang Republik Indonesia membuat 10 November dikenang sebagai Hari Pahlawan. 

Dikutip dari wikipedia Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses.

Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial.

Kesadaran nasionalismenya semakin terasah sejak dirinya menjadi seorang jurnalis. 

Buku
Buku "Bung Tomo, Soerabaja di Tahun 45" (ISTIMEWA)

Ia semakin aktif dalam gerakan perjuangan, ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang.

Dilansir dari Kompas.com, Bung Tomo dikenal juga sebagai sosok pahlawan yang religius.

Kendati demikian, Bung Tomo adalah salah satu tokoh pejuang di Indonesia yang paling keras menolak poligami selain Nasution.

Bagaimana ceritanya? Dalam biografi Bung Tomo (2019) yang ditulis Abdul Waid, diceritakan bahwa pria yang aslinya bernama asli Sutomo itu memang terlahir dari keluarga yang religius.

Ibunya dikenal sebagai muslimah yang taat. Ibunyalah yang mengajarinya shalat, puasa, zakat, mengaji, dan ibadah.

Meski tak pernah mengenyam pendidikan di pesantren, Bung Tomo sangat dekat dengan para kiai. Ia bahkan sering meminta nasihat beberapa kiai berpengaruh di Jawa.

Buku Indonesia dalam Arus Sejarah Edisi ke-6 menjelaskan, siaran Bung Tomo selalu dibuka dengan "Allahu Akbar! Allahu Akbar!", yang berhasil menggerakan hati warga, terutama masyarakat santri di Surabaya.

Bahkan untuk menggerakkan massa untuk melawan saat 10 November di Surabaya, Bung Tomo terlebih dulu meminta petuah dari KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Orasi penyemangat Bung Tomo dibarengi dengan Resolusi Jihad yang disuarakan NU. Resolusi Jihad merupakan deklarasi yang disampaikan Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945 untuk menyerukan perlawanan terhadap upaya penjajahan.

Profil Sutomo (Bung Tomo) - Pahlawan Nasional - Pembangkit Semangat Rakyat Pertempuran 10 November 1945. 
'Bung Tomo berpidato Pada Rapat Umum B.P.R.I di Surabaya, Pada Tgl 20 Mei 1950'
Profil Sutomo (Bung Tomo) - Pahlawan Nasional - Pembangkit Semangat Rakyat Pertempuran 10 November 1945. 'Bung Tomo berpidato Pada Rapat Umum B.P.R.I di Surabaya, Pada Tgl 20 Mei 1950' (Dok. Kompas)

Kemudian dalam buku Sama Tapi Berbeda: Potret Keluarga Besar KH A Wahid Hasyim (2007), diceritakan pula kedekatan Bung Tomo dengan putra Hasyim Asy'ari. Keduanya saling memberi masukan dalam urusan kebangsaan.

Tak sampai di situ, bahkan ketika meninggal pada 7 Oktober 1981, Bung Tomo sedang menunaikan ibadah haji yang menjadi cita-citanya.

Ia meninggal ketika hendak wukuf di Padang Arafah.

Kritik Soekarno

Kendati taat beragama, Bung Tomo menentang keras praktik poligami.

Dalam biografinya, disebut Bung Tomo menilai poligami sebagai upaya laki-laki mengumbar nafsu, namun bisa merusak keutuhan keluarga.

Ia bahkan pernah mengkritik Presiden Soekarno yang mengawini banyak wanita. Para jenderal yang punya istri simpanan juga ikut disemprot Bung Tomo.

"...Yang lebih seram lagi adalah istri-istri penguasa tertinggi yang secara sendiri menguras kekayaan negara untuk memuaskan nafsu pribadinya, berfoya-foya di luar negeri, menimbun kekayaan di dalam negeri!"

"Sedangkan para penguasa berbuat seolah-olah (pura-pura) tidak tahu semuanya itu..." tulis Bung Tomo dalam surat terbukanya untuk Presiden Soekarno.

Hingga akhir hayatnya, Bung Tomo hanya berpasangan dengan Sulistina, istri satu-satunya. Mereka punya empat anak.

Bung Tomo baru dinobatkan gelar Pahlawan Nasional pada 2008 setelah berbagai desakan dan perdebatan panjang.

Artikel ini telah terbit di Kompas.com dengan judul "Bung Tomo, Pahlawan yang Religius Tapi Tolak Poligami" https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/10/200000765/bung-tomo-pahlawan-yang-religius-tapi-tolak-poligami?

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved