Hari Sumpah Pemuda
Johanna Masdani Tokoh Sumpah Pemuda, Perempuan Asal Minahasa yang Jadi Perancang Tugu Proklamasi
Sikap Johanna mulai berubah tatkala berjumpa dengan mahasiswa STOVIA bernama Masdani. Dari Masdani, Johanna mulai belajar tentang arti pergerakan.
Awalnya Johanna ragu menerima tugas itu.
Perkara dana menjadi kecemasannya yang pertama.
Menurut Johanna, akan sangat sulit menggalang dana dalam kondisi kritis Kota Jakarta yang tengah diduduki tentara Sekutu.
Namun kegundahannya luruh setelah mendengar saran suaminya.
“Suami saya memberi semangat agar saya harus membuktikan bahwa saya, wanita Indonesia sanggup melaksanakan tugas itu,” kata Johanna seperti dikutip Femina (16/8/1983).
Johanna dengan giat melakukan penggalangan dana.
Dibantu perempuan-perempuan anggota organisasi di Jakarta, pekerjaan itu pun usai hanya dalam kurun dua bulan.
Selain mengepalai seluruh kegiatan pembangunan, Johanna juga bertindak sebagai perancang gambar bangunan.
Johanna pula yang bertugas memilih tiga potong marmer yang masing-masing berisikan tulisan “Dipersembahkan oleh wanita republik,” teks proklamasi kemerdekaan, dan gambar peta Indonesia.
Baca juga: Dinkes Bolmut Sosialisasikan Bahaya Pangan di Kecamatan Kaidipang dan Bolangitang
Menurut Rosihan Anwar dalam Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia, Volume 3 (2004: 146), meski sempat mendapat tentangan dari tentara Sekutu, Johanna tetap bersemangat menyambut acara peresmian tanggal 17 Agustus 1946.
Bahkan Johanna menolak pulang dan tetap di tempat untuk berjaga.
Ditemani tidak kurang dari 200 siswa dan siswi sekolah menengah, Johanna menyalakan bara api dan melek bersama sampai pagi.
Ditampar Serdadu Jepang
Melihat polah Johanna, Alexander pun berhenti mengirim uang sembari berharap putrinya akan insaf dan pulang.
Namun Johanna tidak goyah. Kendati harus putus sekolah dan berjuang menghidupi diri dengan bekerja sebagai juru ketik di Departmen van Financien, Johanna tidak ingin memutus hubungan dengan Masdani yang dinilainya punya persamaan cita-cita.