Sri Mulyani
Sri Mulyani Buka-bukaan Buruknya Masa Pemerintaan Soeharto, Videonya Diunggah Jubir Presiden
Sebuah video beredar, Sri Mulyani ungkap soal keuangan negara. Diketahui video tersebut beredar di media sosial Instagram.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebuah video beredar, Sri Mulyani ungkap soal keuangan negara.
Diketahui video tersebut beredar di media sosial Instagram.
Sri Mulyani Juga bercerita tentang Soeharto saat berikan kuliah umum di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM.
Baca juga: Daftar Ucapan Selamat Maulid Nabi Muhammad SAW 2020, Cocok Dibagikan di Facebook, WA dan Instagram
Baca juga: Istri Kim Jong Un Menghilang Selama 9 Bulan, ke Mana Ri Sol Ju?
Baca juga: Kabar Baik, Harga Tiket Garuda Indonesia Turun, Airport Tax Ditanggung Pemerintah
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan fakta upaya menyelamatkan keuangan negara melalui perbaikan pembukuan aset.
Dilansir T r ibunWow.com, hal itu terungkap dalam unggahan Juru Bicara Presiden RI Fadjroel Rachman di akun Instagram @jubir_presidenri, Senin (19/10/2020).
Dalam video tersebut, tampak Sri Mulyani memberikan kuliah umum di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 25 September 2018 lalu.
"Mulainya Republik Indonesia enggak punya neraca," papar Sri Mulyani.
Ia menjelaskan awalnya barang berharga milik negara, termasuk aset dan properti penting sebelumnya tidak pernah tercatat sebagai milik negara.
"Jadi barang milik negara pun tidak diadministrasikan, tidak di-record," katanya.
Ia menyebutkan hal itu sudah terjadi sejak masa kepemimpinan Presiden Soeharto.
"Kita asal bangun. Waktu Pak Harto 30 tahun bangun banyak sekali, enggak ada pembukuannya," ungkap mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
"Jadi waktu terjadi krisis kemudian kita punya Undang-undang Keuangan dan Perbendaharaan Negara, kita baru mulai membangun neraca keuangan," lanjutnya.
Pada proses pembukuan tersebut, Sri Mulyani menyebutkan hal pertama yang dilakukan adalah mencatat aset-aset penting yang menjadi milik negara.
Ia menuturkan dulu banyak aset negara yang diperjualbelikan dengan mudah karena tidak tercatat kepemilikannya.
"Di situ baru mulai muncul, 'Mari kita membukukan dan me-record'. Pertama mengadministrasikan, masukkan dulu dalam buku," tutur Sri Mulyani.