Gempa di Pangandaran
Bayi Selamat, Deden Dibawa ke Klinik Kesehatan, Dinding Rumah Roboh, Dampak Gempa 5.9 SR Pangandaran
Deden Gustiawan (30) terpaksa dilarikan ke klinik kesehatan karena mengalami luka-luka akibat dinding rumahnya di Dusun Kertahayu Rt 32 RW 03.
Dani mengatakan pihaknya telah memaksimalkan fungsi alat peringatan dini dari BMKG yang sudah terpasang di setiap kantor BPBD se-Jawa Barat. Di Pangandaran sendiri, sistem komunikasinya sudah terhubung dengan jaringan radio amatir.
"Alat early warning system dari BMKG di BPBD, infonya di-share ke jaringan radio amatir yang ternyata di tiap desa sudah ada. Nanti keputusan kami akan menyakalakan sirine, mereka di desa akan bunyikan sirine, akan pukul kentongan atau tiang listrik. Tetap tiap desa punya unit-unit sistem swadaya masyarakat," katanya.
Dani mengatakan memang sempat terjadi penurunan pengunjung saat beredar isu mengenai tsunami di Pantai Selatan Jawa.
Namun setelah dilakukan penjelasan mengenai riset dari ITB tersebut, wisatawan kembali berdatangan.
"Memang Sejak isu tsunami ini ada penurunan sedikit. Tapi karena kita terus-menerus melakukan konfirmasi bahwa hasil riset penelitian ITB tersebut tidak menyebut akan ada tsunami dalam waktu dekat, aktivitas kembali lagi," katanya.
"Bahwa memang ada potensi, dan kalau itu sih dari dulu juga memang mega thrust pantai selatan Jawa dan Sumatra punya potensi. Tapi tidak ada satu pun ada informasi bahwa hasil penelitian tersebut, akan terjadi dalam waktu dekat," katanya.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 31 seismograf serta 18 Warning Receiver System New Generation (WRS NG) telah dipasang di berbagai lokasi di Jawa Barat untuk mendeteksi, mengukur, dan mencatat, gempa bumi serta potensi tsunami secara cepat di Jawa Barat.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung BMKG, Tony Agus Wijaya, mengatakan sebelumnya Jawa Barat hanya memiliki 8 seismograf. Kemudian pada 2019 bertambah 22 unit lagi dan tahun ini mendapat tambahan 1 unit seismograf. Dengan demikian, kini Jabar memiliki 31 alat pendeteksi gempa bumi yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Barat.
"Sementara itu, tahun 2020 ini, tambah satu seismograph di Subang, dan tahun 2021 tambah tiga WRS NG di Jawa Barat," kata Tony melalui ponsel, Minggu (27/9).
Sebanyak 18 WRS NG yang telah ada sendiri, katanya, dipasang di 18 kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Jawa Barat. Alat ini, katanya, dapat dimanfaatkan BPBD untuk menerima informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG real time dan otomatis, serta komunikasi melalui satelit.
"BMKG memberikan info peringatan dini tsunami, dengan alat penerima info peringatan dini yang dipasang di BPBD, maka info peringatan dini dapat disampaikan dengan cepat. Dua menit setelah gempa, info pendahuluan telah diterima oleh BPBD," katanya.
WRS NG sudah terpasang di kawasan selatan Jawa Barat, yakni Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Banjar, Ciamis. Kemudian dipasang juga di Depok, Bogor, Subang, Purwakarta, Karawang, Indramayu, Cirebon, Kuningan, Bogor, Bandung, Bandung Barat, dan Sumedang.
Mengenai potensi gempa kuat di zona megathrust di selatan Pulau Jawa berdasarkan hasil kajian para ahli kebumian ITB yang dipublikasikan di jurnal ilmiah baru-baru ini, diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk lebih memperhatikan upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami.
"Edukasi ke masyarakat, bahwa terdapat ancaman potensi gempa dan tsunami di zona megathrust, yaitu barat Sumatera, selatan Jawa hingga Nusa Tenggara. Hal itu merupakan perkiraan skenario kemungkinan terburuk, adalah untuk mitigasi pengurangan risiko bencana, sehingga memiliki kesiapsiagaan lebih baik," katanya.
Langkah mitigasi, katanya, dapat dilakukan dengan penyiapan tempat evakuasi sementara sampai rambu jalur evakuasi. Selain tentunya terus mengedukasi masyarakat mengenai kesiapsiagaan bencana ini.