TNI Menduga Pihak Asing Terlibat Serangan KKB Papua di Intan Jaya dan Nduga, Ini Deretan Serangannya
Suriastawa mengungkapkan, sudah beberapa kali kesempatan terbukti KKSB dan pendukungnya selalu memutarbalikkan fakta kejadian
TRIBUNMANADO.CO.ID - Aparat dan masyarakat sipil makin mendapat serangan dari kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) di Papua.
Muncul dugaan kelompok ini ingin menunjukkan keberadaan mereka yang semakin diabaikan masyarakat, setelah gagal mendapatkan perhatian dari Sidang Umum PBB pada September lalu.
Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suriastawa menduga ada pihak asing yang terlibat dalam rangkaian aksi KKSB di Intan Jaya dan Nduga belakangan ini.

Menurutnya ada fenomena menarik dari taktik yang dimainkan KKSB akhir-akhir ini, dengan berusaha memprovokasi TNI-Polri di setiap tempat, waktu, dan kesempatan.
Juga, menyerang di tengah-tengah keramaian masyarakat sipil.
Provokasi itu, kata Suriastawa, ditujukan agar TNI-Polri akan membalas tembakan.
Sehingga jatuhnya korban masyarakat sipil menjadi bahan fitnah dan berita bohong mereka, bahwa para korban dibunuh oleh TNI.
"Sepertinya cara tersebut merupakan pesanan dari pendukung mereka di luar negeri, yang selalu berbicara tentang pelanggaran HAM."
"Mereka butuh bahan untuk memojokkan Pemerintah Indonesia di forum internasional, namun ternyata mereka lah pelakunya," kata Suriastawa lewat keterangan Puspen TNI, Sabtu (10/10/2020).
Suriastawa mengungkapkan, sudah beberapa kali kesempatan terbukti KKSB dan pendukungnya selalu memutarbalikkan fakta kejadian.
"Mereka tidak berkomentar bila korban yang terbukti mereka bunuh adalah warga sipil, baik orang asli Papua maupun pendatang."
"Ini bukti bahwa mereka lah pelanggar HAM yang sebenarnya,” tutur Suriastawa.
Suriastawa pun mengungkapkan catatannya terkait sejumlah serangan KKSB Papua terhadap aparat negara dan masyarakat sipil di Kabupaten Intan Jaya dan Nduga dalam beberapa bulan terakhir.

Ia mengungkapkan serangan itu dimulai dari penembakan terhadap dua tenaga kesehatan penanganan Covid-19, yakni Almanek Bagau dan Heniko Somau yang tewas pada Jumat (22/5/2020) di Distrik Wandai Kabupaten Intan Jaya.
Kemudian penembakan petani bernama Yunus Sani yang tewas pada Jumat (29/5/2020) di Kampung Magataga Distrik Wandai Kabupaten Intan Jaya.
Lalu, penembakan warga bernama Laode Zainudin yang terluka tembak pada Sabtu (15/8/2020) di Kampung Bilogai Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya.
Selanjutnya, penembakan dua warga sipil yang bekerka sebagai tukang ojek bernama Laode Anas yang kemudian meninggal dunia.
Dan, Fatur Rahman yang terluka tembak pada Senin (14/9/2020) di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.
Lantas, pembunuhan warga sipil berprofesi tukang ojek bernama Badawi yang tewas di tempat.
Serta, penembakan anggota TNI bernama Serka Sahlan yang juga tewas di tempat pada Kamis (17/9/2020) di Kampung Hitadipa Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.
Kemudian penyerangan Koramil Persiapan Hitadipa Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya pada Sabtu (19/9/2020) yang menewaskan anggota TNI bernama Pratu Dwi Akbar Utomo.
Lalu penembakan Pendeta Yeremia Zanambani (kemudian meninggal dunia) pada Sabtu sore (19/9/2020) Kampung Hitadipa Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya.
Selanjutnya penembakan polisi dan transportasi di sekitar Bandara Bilorai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya pada Jumat (18/9/2020) dan Jumat (25/9/2020).

Lalu penembakan ke arah Kodim Persiapan Kabupaten Intan Jaya pada Senin (5/10/2020).
Dan, penembakan pos TNI di Pasar Baru Kenyam Kabupaten Nduga pada Selasa (6/10/2020) yang menewaskan warga sipil bernama Yulius Wetipo.
Kemudian, penyerangan terhadap rombongan TGPF di tanjakan Wabogopone Kampung Mamba Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya pada Jumat (9/10/2020), yang mengakibatkan Bambang Purwoko (Dosen UGM) dan tim pengamanan bernama Sertu Faisal Akbar menderita luka tembak.
Lalu pada Sabtu (10/10/2020) pagi KKSB kembali melakukan serangan ke Pos TNI di Kampung Koteka, Distrik Kenyam Kabupaten Nduga Papua.
Suriastawa menduga serangan-serangan KKSB tersebut untuk memprovokasi TNI agar membalas tembakan seperti serangan-serangan sebelumnya.
Namun, kata Suriastawa, ternyata TNI bertindak profesional dengan tetap siaga dalam kedudukan pertahanannya dan terus mengintai arah datangnya tembakan.
Ia menegaskan, TNI akan membalas tembakan dengan terbidik bila anggota KKSB yang melakukan tembakan telah teridentifikasi dengan pasti, untuk menghindari jatuhnya korban sipil di sekitar tempat kejadian.
Hal tersebut, kata Suriastawa, juga dilakukan personel TNI lainnya yang bertugas di setiap tempat di Papua.
Sangat besar kemungkinan karena TNI bersikap profesional, tetap tenang, tidak membalas tembakan dari serangan-serangan mereka, kata Suriastawa, maka KKSB sendirilah yang akan menembak dan berusaha membunuh warga sipil sebagai bahan fitnah kepada TNI-Polri.
Tujuan mereka melakukan itu, kata Suriastawa, adalah agar masyarakat lokal tertekan dan terpaksa mendukung mereka serta mendapatkan perhatian dunia.
Suriastawa mengatakan, berdasarkan catatannya tersebut, rangkaian kekerasan yang dilakukan KKSB terlihat semakin brutal, gelap mata, dan tidak lagi memperhatikan siapa yang menjadi korban.
Ia sangat menyesalkan hal tersebut, karena merupakan pelanggaran terhadap HAM dan nilai-nilai kemanusiaan.
Masyarakat sipil, kata Suriastawa, adalah pihak yang perlu dilindungi oleh semua pihak.
"Semoga warga masyarakat dan dunia internasional bisa paham akan situasi ini."
"Dan tidak mudah percaya dengan fitnah dan berita bohong yang selalu dimainkan KKSB beserta kelompok pendukungnya di luar negeri," ucap Suriastawa.
Sementara, pasca-anggotanya terluka akibat serangan di Mambawa Bawah Distrik Sugapa pada Jumat (9/10/2020) lalu, Ketua TGPF Intan Jaya Benny J Mamoto menegaskan timnya tak gentar.
Ia menegaskan, tim yang dibentuk oleh Menko Polhukam Mahfud MD untuk mengungkap sejumlah peristiwa penembakan di Intan Jaya pada September itu, akan bekerja untuk menuntaskan tugas tersebut.
"Kami di TGPF sama sekali tidak gentar karena peristiwa penembakan kemarin yang menyebabkan salah satu anggota tim, Pak Bambang Purwoko tertembak."
"Kami terus bekerja untuk menuntaskan tugas yang diberikan oleh pemerintah kepada tim ini," kata Benny dalam keterangan Tim Humas Kemenko Polhukam, Sabtu (10/10/2020).
Benny juga menegaskan seluruh anggota TGPF yang bertugas di Intan Jaya diharuskan menggunakan rompi dan helm anti-peluru.
Tujuannya untuk memastikan agar semua anggota tim selamat dari serangan yang bisa mengancam jiwa mereka.
"Kami menggunakan rompi dan helm anti-peluru karena ini daerah berbahaya."
"Kita tidak pernah tahu kapan dan dari mana serangan akan datang, dan itu sudah menjadi SOP di daerah konflik seperti ini," papar Benny.
Pernyataan tersebut, kata Benny, diungkapkan untuk menanggapi pihak-pihak tertentu yang menyamakan tim investigasi dengan kombatan.
“Kalau tim ini bagian dari kombatan, buktinya yang tertembak adalah Pak Bambang, anggota TGPF yang adalah warga sipil, dosen dan peneliti dari UGM Yogyakarta,” ucap Benny.
Selama berada di Sugapa, Intan Jaya, Papua, kata Benny, anggota TGPF dijaga secara ketat untuk menghindari berbagai kemungkinan yang bisa mengancam keselamatan jiwa mereka.
Setelah peristiwa penembakan terhadap Bambang Purwoko dan dua anggota TNI yang mendampingi mereka pada Jumat lalu, kata Benny, pengawalan terhadap anggota tim juga semakin diperketat.
Benny mengungkapkan saat ini tim masih berada di Sugapa dan sedang melanjutkan investigasi, dengan memeriksa sejumlah saksi sebagai lanjutan atas wawancara terhadap sejumlah saksi di lokasi penembakan pendeta Yeremias Zambani di Hitadipa pada Jumat.
Para saksi, kata Benny, menceritakan apa yang dilihat dan didengar di lokasi dan sekitar lokasi, saat peristiwa penembakan itu terjadi.
Sementara, tim yang berada di Jayapura juga melanjutkan tugas dengan bertemu sejumlah pihak, termasuk tokoh gereja.
“Mohon doanya agar rencana-rencana selanjutnya berjalan lancar, hingga kami menyelesaikan tugas ini dengan baik,” pinta Benny. (Gita Irawan)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul INI Deretan Serangan KKSB Papua di Kabupaten Intan Jaya dan Nduga, TNI Duga Pihak Asing Terlibat