Sejarah Indonesia
Cerita Ade Irma Suryani Berdarah-darah Sebelum Meninggal Ditembak Antek PKI: Kakak Jangan Menangis
Ade Irma meninggal pada tanggal 6 Oktober 1965 atau 6 hari setelah penembakan malam G30S PKI. Ini kata-kata terakhir mengharukan sebelum meninggal.
Meski pintu telah ditutup, pasukan tetap menggedor-gedor pintu menggunakan senjata.
Yanti melanjutkan, ayahnya berniat menghadapi pasukan namun sempat dilarang oleh Johanna.
Namun AH Nasution nekat membuka pintu, hingga kena tembak pasukan yang menyisakan 5 lubang bekas tembakan di lokasi.
AH Nasution kemudian menjatuhkan diri.
Peluru yang melayang nyaris mengenai Johanna, namun untung saja lewat di dahi dan tidak mengenai dirinya.
Keluarga AH Nasution mulai panik, ibunda sang Jenderal menangis karena anaknya hendak dibunuh.
Johanna dengan sigap menyerahkan Ade Irma ke pelukan tantenya, Mardiah.
Mardiah pun nekat membawa lari Ade Irma, menembus pintu di mana para Tjakrabirawa berdiri, yang berujung pada tembakan.
Ade Irma, di usianya yang masih 5 tahun, terkena tembakan peluru Tjakrabirawa.
Meski Ade Irma terkena tembakan, Johanna tetap bersikeras menyelamatkan AH Nasution.
"Mama sambil menggendong adik yang sudah berdarah, membawa Ayah ke situ (menunjuk tembok pembatas ke arah Kedutaan Besar Irak).
"Di situ, Ayah sudah naik terus mau turun lagi.
"Lalu Mama bilang, 'Sudah, jangan pikirkan kita kamu yang dicari!'," kata Yanti menirukan ucapan ibunya.
Johanna yang saat itu masih memeluk Ade Irma yang bercucuran darah pergi menjauh dan meraih telepon untuk menghubungi Mayjend Umar Wirahadikusumah.