Berita Internasional
Pasukan Armenia dan Azerbaijan Memanas, 200 Orang jadi Korban Pertempuran, Imbas Saling Menyalahkan
Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengklaim pasukan Armenia mulai menembaki kota Tartar pada Senin (28/9/2020)pagi.
"Kami berharap dan kami mendesak semua orang untuk melakukan segala yang mereka bisa untuk mencegah pecahnya perang habis-habisan, karena ini adalah hal terakhir yang dibutuhkan kawasan," kata juru bicara Komisi Eropa Peter Stano kepada wartawan di Brussel, Senin (28/9/2020).
Tidak ada solusi militer untuk konflik ini.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov Senin (28/9/2020). mengatakan situasi di Nagorno-Karabakh menimbulkan kekhawatiran bagi Moskow dan negara lain."
“Kami percaya bahwa permusuhan harus segera diakhiri,” kata Peskov kepada wartawan.
Dia menambahkan proses penyelesaian konflik antara kedua negara harus bergeser ke dimensi politik-diplomatik.
Kementerian Luar Negeri Armenia pada Senin Senin (28/9/2020).menuduh Turki, yang berpihak pada Azerbaijan dalam konflik mendukung agresi.
Kementerian itu mengatakan, pakar militer Turki bertempur berdampingan dengan Azerbaijan, yang menggunakan senjata Turki, termasuk UAV dan pesawat tempur.
"Situasi di lapangan dengan jelas menunjukkan bahwa orang-orang di Nagorno-Karabakh berperang melawan aliansi Turki-Azerbaijan aliansi," bunyi pernyataan itu.
Baik Armenia dan Turki pada Senin Senin (28/9/2020). saling menuduh merekrut tentara bayaran asing.
Omer Celik, juru bicara partai yang berkuasa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, membantah laporan Turki telah mengirim senjata atau pejuang asing ke Azerbaijan.
"Armenia terganggu oleh solidaritas Turki dengan Azerbaijan dan menghasilkan kebohongan terhadap Turki," cuit Celik.
Erdogan menegaskan kembali dukungan Turki kepada Azerbaijan dan mengatakan penarikan segera Armenia dari wilayah tersebut adalah satu-satunya cara untuk memastikan perdamaian dan ketenangan di sana.
"Semua pemaksaan dan ancaman lainnya tidak hanya tidak adil dan melanggar hukum, tetapi akan terus memanjakan Armenia," katanya.
Erdogan mengkritik Prancis, AS dan Rusia yang disebut kelompok Minsk yang didirikan pada tahun 1992 untuk menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh.
Turki mengatakan mereka telah gagal menyelesaikan masalah tersebut selama 30 tahun.