Human Interest Story
Kisah Cakrabirawa Asal Manado, Hantam Letkol Untung, Dibuang Gara Gara Eks Permesta
Setiap 30 September, Frans Pangkey (79) akan merasa seperti tersedot ke lorong waktu.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: David_Kusuma
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Setiap 30 September, Frans Pangkey (79) akan merasa seperti tersedot ke lorong waktu. Kembali ke peristiwa terkelam dalam sejarah Indonesia.
"Setiap masuk bulan September pasti saya ingat G 30 S PKI. Sudah puluhan tahun lamanya tapi
peristiwa itu sulit terlupa. Seperti sudah nancap di pikiran saya," kata dia kepada Tribun Manado di rumahnya beberapa waktu lalu.
Seperti halnya kebanyakanwarga Indonesia, Frans memiliki "kebencian kudus" terhadap PKI.
Pembunuhan sadis yang mereka lakukan terhadap tujuh jenderal sulit dimaafkan.
Di usia tuanya, Pangkey sudah menghapus banyak kepahitan, termasuk ilmu kebal yang ia miliki, kecuali kebencian itu. "Saya benci sekali dengan PKI," kata dia.
• Persmin Tahan Sulut United 0-0 di Laga Uji Coba, Ricky Nelson: Perlu Ada Perbaikan
• Wanita Muda Tabrak Seorang Pengemis Tewas di Tempat Akibat Kendarai Mobil Sambil Main Ponsel
• Sosok Clay Dondokambey, Lulusan STPDN yang Jadi Pjs Bupati Minahasa Utara saat Usia 37 Tahun
Musabab kebencian itu, selain karena kekejaman PKI, juga karena hal pribadi.
Frans adalah anggota Cakrabirawa. Ia bergabung dengan pasukan pengawal presiden Sukarno yang legendaris itu setelah menerima tantangan Sarwo Edhi.
Pemimpin pasukan elit RPKAD itu menantangnya jadi sasaran lempar pisau.
Sebuah pisau kena di badan Frans. Tapi ia tak luka. Sarwo yang kagum lantas memasukkan
Frans ke Cakrabirawa.
Namun karir Frans di Cakrabirawa berumur pendek.
• Janda Bolong Harganya Rp 100 Jutaan, Ternyata Punya 6 Keistimewaan ini
• Ini Kekayaan 5 Artis yang Maju Pilkada 2020, dari Sahrul Gunawan hingga Iyeth Bustami
Dia dikeluarkan oleh Letkol Untung yang merupakan pimpinan Cakrabirawa. Untung pula yang jadi komandan penculikan tujuh jenderal.
"Awalnya saya berselisih dengan seorang anggota. Dia mengejek saya, kami bertengkar dan saya pukul dia hingga giginya copot," katanya.
Ternyata Pasukan Cakrabirawa yang dipukulnya adalah teman sekampung dengan Letkol Untung.
Untung lantas memanggilnya. Dia diinterogasi. Untung mengancamnya. Dia balik mengancam.
"Anda boleh tembak saya, tapi kalau tak mempan maka anda yang saya hajar," kata dia pada Untung.
• Pengemudi yang Main Ponsel Sambil Berkendara Bisa Kena Denda Rp750 Ribu
Untung geram. Tapi juga gentar. Ia tahu Pangkey sangat berani dan punya ilmu kebal. Tak hanya Sarwo Edhi, Ahmad Yani juga kagum dengan Pangkey.
"Sewaktu akan diutus ke Irian Barat, umur saya ditambahkan oleh pak Yani agar supaya saya dapat masuk pasukan berani mati. Ia mengagumi keberanian saya," katanya.
Dari Cakrabirawa, ia dilempar ke Jawa Timur. Pangkey menduga ia memang sudah jadi target untuk dikeluarkan. Untung sengaja mencari - cari kesalahannya.
"Saya kan bekas Permesta, anti-PKI dan Soekarno, makanya hendak dibersihkan sebelum mereka mengadakan G 30 S PKI," katanya.
Di kesatuan baru, dirinya mendengar kabar sejumlah panglima TNI sudah dibunuh oleh pasukan Cakrabirawa (Tjakrabirawa) yang dipimpin Letnan Kolonel Untung bin Syamsuri.
Perkiraannya ada 4 kompi cakrabirawa yang melakukan penyerbuan di malam itu. Ia kenal para eksekutor tersebut. "Tapi saya tak mau sebut namanya," kata dia.
• Luna Maya Ternyata Masih Berhubungan dengan Ariel Noah, Eks Reino Barack Bongkar Kelakuan Asli Ariel
Usai kudeta yang gagal itu, terjadi pembunuhan massal terhadap anggota PKI. Ia menilai hal itu dari kacamata dialektika sejarah.
"Situasi saat itu seperti itu. Kalau PKI yang menang kita semua akan dibunuh. Lebih sadis lagi," katanya.
Di usia tuanya, Frans tampak segar bugar. Jalannya masih tegap. Pikirannya tajam. Semua peristiwa ia ingat hingga ke detilnya.
Tribun mengunjungi Frans beberapa waktu lalu di rumahnya di Kelurahan Malalayang Manado.
• Hari Ini 27 September 2020 Google Ulang Tahun, Buat Doodle Terbaru, Ini Asal Usul Namanya
Sebuah lagu Jepang ia nyanyikan dengan gerakan tangan di dada dan kepala. Lagu itu, sebut dia, selalu dinyanyikan warga saat penjajahan Jepang.
"Kalau bahasa Belandanya ibu adalah Muder," ceritanya.
Frans menguliahi Tribun dengan Pancasila dengan bertubi - tubi.
"Anak muda seperti kamu harus punya semangat juang membela negara," kata dia berulang ulang.
Saat mengucapkan itu, sekujur tubuhnya bergetar. Seolah ada aliran listrik di tubuh ringkih itu, yang hendak ia transfer ke tubuh muda Tribun Manado.
"Jangan sekali kali lupakan sejarah," bebernya. (art)
• Catatan & Fakta Menarik Hasil Liga Italia Inter Milan vs Fiorentina, Drama 7 Gol di Guiseppe Meazza
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUN MANADO: