Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Keren, Konbes Ansor di Minahasa

Konbes GP Ansor digelar di Minahasa. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Sulawesi Utara guyub rukun dan terbuka serta bisa menerima perbedaan.

Editor: Sigit Sugiharto
J Osdar
Elvy Yusanti, aktivis perempuan NU yang pernah menjadi wartawan Istana Kepresidenan di masa Gus Dur. Foto di depan Istana Negara, Jakarta tahun 2019. Elvy punya komentar tentang Konbes Ansor ke-23 di Minahasa :”Minahasa Keren” 

Setelah Konbes yang dihadiri sekitar 150 orang para pimpinan dan utusan Ansor dari seluruh Indonesia itu selesai, Gus Yaqut yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah itu, mengirimkan hasil dari Konbes Ansor ke-23 berupa enam butir rekomendasi kepada pemerintah RI di bawah Presiden Joko Widodo dan masyarakat Indonesia.

“Pandemi Covid-19 ini adalah krisis kesehatan, sehingga semua pendekatan dan kebijakan harus dilakukan dengan menjadikan pertimbangan kesehatan sebagai prioritas utama,” demikian butir pertama dari rekomendasi Ansor kepada pemerintah dan bangsa ini.

Rivalitas

Butir lain yang menarik adalah butir ke-4 dan ke lima. Di butir ke-4, Ansor menyarankan agar di bidang ekonomi di musim Covid-19 ini, pemerintah menyusun ulang prioritas kebijakan dan anggaran. Sementara itu, para elit politik saat ini harus menghentikan rivalitas yang bisa memghambat penanganan krisis kesehatan ini.

Sebagai catatan, dalam sambutan pembukaan Konbes ini, Presiden Joko Widodo antara lain mengemukakan, menghadapi pandemi Covid-19 ini diperlukan persatuan, kesatuan, kerjasama, gotong royong semua pihak. Jokowi di bagian lain dalam sambutannya, mengemukakan perkembangan demokrasi dan terbukanya kebebasan menyampaikan pendapat.

Tapi, kata Jokowi yang hadir secara virtual itu, di saat ini muncul pihak-pihak yang melemparkan pendapat mereka dengan mononjolkan diri mereka sebagai yang paling benar sendiri dan cenderung memaksakan kehendaknya.

Bunyi lengkap butir ke-4 rekomendasi Konbes 23 Ansor dari Minahasa itu seperti berikut ini. “Untuk menanggulangi dampak pertumbuhan ekonomi yang negatif, pemerintah diharapkan menyusun ulang prioritas baik kebijakan maupun anggaran untuk memastikan masyarakat terdampak tetap memiliki daya beli dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, dan program-program pembangunan diprioritaskan kepada program pemberdayaan dan jaring pengamanan ekonomi untuk masyarakat.

Di butir ke-5 rekomendasi Ansor ini menyuarakan tentang para elit politik bergandengan tangan. Jangan bertengkar. “Para elit politik harus bergandengan tangan, saing menguatkan dan mengedepankan kemaslahatan bangsa dengan menghentikan rivalitas yang dapat berdampak kepada perlambatan pengambilan keputusan dalam penanggulangan krisis Covid - 19 sebagai musuh bersama,” begitu kata rekomendasi tersebut. Tidak dikatakan covid-19 ini perlu diajak berdamai atau tidak.

Menghadapi krisis atau situasi darurat kesehatan ini, Ansor menyampaikan rekomendasi, bahwa krisis kesehatan ini harus dihadapi dengan cepat, efektif dan efisien. Ini disampaikan dalam butir ke-3. “ Dalam kondisi krisis kesehatan ini, semua keputusan yang diambil para pemangku kebijakan, termasuk birokrasi dan aparat pemerintah harus dilakukan secara cepat, efektif dan efisien,” kata rekomendasi itu.

Konbes ini juga mencatat, Pandemi Covid-19 yang melanda dunia ini, tentu merupakan ujian berat bagi bangsa, negara, masyarakat dan pemerintah Indonesia.

Ini sebuah ujian. Menyaksikan Konbes Ansor ke-23 di Minahasa yang alamnya indah dan ekonominya banyak ditopang pertanian rakyat itu, kita bisa membaca situasi Indonesia menghadapi covid -19 yang telah lebih dari enam bulan ini. Dari rekomendasi Konbes dan pidato-pidato pembukaan oleh Presiden, Ketua Umum GP Ansor dan Gubernur Sulut, ada hal-hal tersirat yang mengemuka.

Yang tersirat itu antara lain, ada rivalitas elit dalam menangani, ada pertikaian kebijakan dalam soal prioritas antara satu pejabat dengan pejabat lainnya. Friksi itu antara lain mengenai, antara menghidupkan ekonomi dulu atau kesehatan dulu ? Muncul pula, tanda-tanda ada yang mau memaksakan kehendak dan merasa paling benar. Yang terakhir kini, soal Pilkada serentak, ditunda atau diteruskan dengan syarat-syarat tertentu. Menarik bukan menyaksikan Konbes Ansor di Minahasa ini. Ini hanya sebuah catatan kecil dan sepintas saja.
Tapi apapun yang terjadi, Minahasa keren. Pakatuan wo pakalawiren. (J.Osdar)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved