Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Keren, Konbes Ansor di Minahasa

Konbes GP Ansor digelar di Minahasa. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Sulawesi Utara guyub rukun dan terbuka serta bisa menerima perbedaan.

Editor: Sigit Sugiharto
J Osdar
Elvy Yusanti, aktivis perempuan NU yang pernah menjadi wartawan Istana Kepresidenan di masa Gus Dur. Foto di depan Istana Negara, Jakarta tahun 2019. Elvy punya komentar tentang Konbes Ansor ke-23 di Minahasa :”Minahasa Keren” 

Oleh : J Osdar, Wartawan Senior

Gerakan Pemuda Ansor, hari hari Jumat sampai Minggu pekan lalu (tanggal 18 sampai 20 September 2020) mengadakan konferensi besar (Konbes) ke-23 di Minahasa, Sulawesi Utara.

Kamis, 10 September 2020, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey dan Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPRD Sulut,Rocky Wowor mengatakan kepada saya, Konbes GP Ansor ke-23 akan diadakan di Tateli, Minahasa.

Kebetulan ketika mendapat informasi itu, seorang waratawati istana di masa pemerintahan Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (1999 - 2001) asal dari Singosari, Jawa Timur, Elvy Yusanti, kontak telepon ke saya. “Wouw, keren sekali acara besar Ansor diadakan di Minahasa yang sangat Kristen,” ujar Elvy yang sering dijuluki temen-temen wartawan sebagai wartawati aliran Gusdurian itu.

Menurut catatan Elvy, sebenarnya sudah sering acara acara penting Nahdlatul Ulama diadakan di Sulawesi Utara sebelum ini. ”Tapi, saat ini cukup penting diadakan di Minahasa, karena selain untuk menunjukkan kebhinekatunggalekaan, juga untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa ini menghadapi pertempuran dengan virus corona atau covid-19 saat ini,” ujar Elvy yang berasal dari wilayah basis Nahdlatul Ulama (NU) itu.

Gubernur Sulut Olly Dondokambey, Wagub Steven Kandouw, dan Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas alias Gus Tutut saat pembukaan Konbes GP Ansor di Minahasa, Sulut, 18 September 2020.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey, Wagub Steven Kandouw, dan Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas alias Gus Tutut saat pembukaan Konbes GP Ansor di Minahasa, Sulut, 18 September 2020. (Humas Pemprov Sulut)

Kamis sore, 17 September 2020, ketika baru mendarat di bandar udara Sam Ratulangi, Manado Ketua Umum GP Ansor, H Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut, mengkontak saya lewat hand phone. “Ya Bung Osdar, ini saya baru mendarat. Konbes kali ini kami adakan di Minahasa yang terkenal toleransinya terhadap kelompok yang berbeda sangat tinggi. Selain itu, ini untuk memperlihatkan Ansor juga bisa bergaul dengan siapa pun, di mana pun di bumi Nusantara,” ujar Gus Yaqut, anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.

Ketika menuliskan artikel ini saya mencoba kontak lewat hand phone, pesan WhatsApp atau kelompok WA ke Sulut. Pertanyaan saya tentang kesan terhadap Konbes Ansor di Minahasa itu langsung diberi komentar Gubernur Olly Dondokambey, Wakil Gubernur Steven Kandouw, Ketua DPRD Provinsi Sulut Andre Angauw, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Sulut Rocky Wowor, politisi Partai Gerindra Sulut Wenny Lumentut, dan Staf Khusus Gubernur Sulut Olden Kansil serta pegawai Pemprov Sulut Marike Rompas.

Sementara, Ketua Umum GP Ansor Yaqut mengirimkan kepada saya foto-foto Ketua DPR Puan Maharani dengan ucapan selamat kepada GP Ansor. “Dari hati yang paling dalam, saya menyampaikan rasa bangga kepada GP Ansor yang menjadi bagian penting dalam membangun visi kebangsaan sejak sebelum kemerdekaan hingga sekarang ini,” kata pesan Ketua DPR Puan Maharani yang disampaikan Gus Yaqut kepada saya.

“Mantap,” ujar Gubernur Olly Dondokambey tentang Konbes Ansor di Minahasa itu. “Gus Olly juga mantab,” komentar Wagub Steven Kandouw tentang Konbes Ansor di Minahasa ini. Wenny Lumentut mengirimkan satu berita online dari Manado tentang Konbes itu.

Sementara Olden Kansil mengatakan Konbes Ansor ini pasti diterima baik di Sulut. “Sebagaimana Gus Dur disambut ketika beberapa kali datang di Sulut,” kata Olden Kansil.

“Konbes Ansor sangat diterima dan disambut baik,” kata Marike Rompas tentang suasana masyarakat Minahasa menanggapi Konbes itu.

Sedangkan Andre Angau menyampaikan kesan yang berkaitan dengan keragaman dan kesatuan di Indonesia. “Konbes ini memperlihatkan, kerukunan di Sulawesi Utara,” kata Andre.

Sementara itu, Evy Yusanti, wartawati Istana Kepresidenan di masa pemerintahan Gus Dur (1999 - 2001), memberi catatan, “Selama ini masyarakat Sulut yang mayoritas beragama Nasrani dikenal telah menunjukkan keberhasilan dalam pelaksanaan toleransi kehidupan beragama dengan latarbelakang budaya yang beragam.”

“Pemeluk Nasrani memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap masyarakat Muslim yang minoritas. Sementara warga Muslim mampu menempatkan diri dalam lingkungan saudara-saudaranya yang beragama Nasrani,” ujar Elvy. yang mengikuti jalannya Konbes ini lewat saling kontak WA dengan rekan-rekan Ansor yang hadir di Minahasa itu.

Menurut catatan Elvy, di Manado dan Minahasa juga pernah digelar seminar pra musyawarah Alim Ulama dan Konbes Nahdlatul Ulama dengan tema NU dan Kebhinekaan pada hari Sabtu, 11 November 2017, tiga tahun lalu.

Setelah Konbes yang dihadiri sekitar 150 orang para pimpinan dan utusan Ansor dari seluruh Indonesia itu selesai, Gus Yaqut yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah itu, mengirimkan hasil dari Konbes Ansor ke-23 berupa enam butir rekomendasi kepada pemerintah RI di bawah Presiden Joko Widodo dan masyarakat Indonesia.

“Pandemi Covid-19 ini adalah krisis kesehatan, sehingga semua pendekatan dan kebijakan harus dilakukan dengan menjadikan pertimbangan kesehatan sebagai prioritas utama,” demikian butir pertama dari rekomendasi Ansor kepada pemerintah dan bangsa ini.

Rivalitas

Butir lain yang menarik adalah butir ke-4 dan ke lima. Di butir ke-4, Ansor menyarankan agar di bidang ekonomi di musim Covid-19 ini, pemerintah menyusun ulang prioritas kebijakan dan anggaran. Sementara itu, para elit politik saat ini harus menghentikan rivalitas yang bisa memghambat penanganan krisis kesehatan ini.

Sebagai catatan, dalam sambutan pembukaan Konbes ini, Presiden Joko Widodo antara lain mengemukakan, menghadapi pandemi Covid-19 ini diperlukan persatuan, kesatuan, kerjasama, gotong royong semua pihak. Jokowi di bagian lain dalam sambutannya, mengemukakan perkembangan demokrasi dan terbukanya kebebasan menyampaikan pendapat.

Tapi, kata Jokowi yang hadir secara virtual itu, di saat ini muncul pihak-pihak yang melemparkan pendapat mereka dengan mononjolkan diri mereka sebagai yang paling benar sendiri dan cenderung memaksakan kehendaknya.

Bunyi lengkap butir ke-4 rekomendasi Konbes 23 Ansor dari Minahasa itu seperti berikut ini. “Untuk menanggulangi dampak pertumbuhan ekonomi yang negatif, pemerintah diharapkan menyusun ulang prioritas baik kebijakan maupun anggaran untuk memastikan masyarakat terdampak tetap memiliki daya beli dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, dan program-program pembangunan diprioritaskan kepada program pemberdayaan dan jaring pengamanan ekonomi untuk masyarakat.

Di butir ke-5 rekomendasi Ansor ini menyuarakan tentang para elit politik bergandengan tangan. Jangan bertengkar. “Para elit politik harus bergandengan tangan, saing menguatkan dan mengedepankan kemaslahatan bangsa dengan menghentikan rivalitas yang dapat berdampak kepada perlambatan pengambilan keputusan dalam penanggulangan krisis Covid - 19 sebagai musuh bersama,” begitu kata rekomendasi tersebut. Tidak dikatakan covid-19 ini perlu diajak berdamai atau tidak.

Menghadapi krisis atau situasi darurat kesehatan ini, Ansor menyampaikan rekomendasi, bahwa krisis kesehatan ini harus dihadapi dengan cepat, efektif dan efisien. Ini disampaikan dalam butir ke-3. “ Dalam kondisi krisis kesehatan ini, semua keputusan yang diambil para pemangku kebijakan, termasuk birokrasi dan aparat pemerintah harus dilakukan secara cepat, efektif dan efisien,” kata rekomendasi itu.

Konbes ini juga mencatat, Pandemi Covid-19 yang melanda dunia ini, tentu merupakan ujian berat bagi bangsa, negara, masyarakat dan pemerintah Indonesia.

Ini sebuah ujian. Menyaksikan Konbes Ansor ke-23 di Minahasa yang alamnya indah dan ekonominya banyak ditopang pertanian rakyat itu, kita bisa membaca situasi Indonesia menghadapi covid -19 yang telah lebih dari enam bulan ini. Dari rekomendasi Konbes dan pidato-pidato pembukaan oleh Presiden, Ketua Umum GP Ansor dan Gubernur Sulut, ada hal-hal tersirat yang mengemuka.

Yang tersirat itu antara lain, ada rivalitas elit dalam menangani, ada pertikaian kebijakan dalam soal prioritas antara satu pejabat dengan pejabat lainnya. Friksi itu antara lain mengenai, antara menghidupkan ekonomi dulu atau kesehatan dulu ? Muncul pula, tanda-tanda ada yang mau memaksakan kehendak dan merasa paling benar. Yang terakhir kini, soal Pilkada serentak, ditunda atau diteruskan dengan syarat-syarat tertentu. Menarik bukan menyaksikan Konbes Ansor di Minahasa ini. Ini hanya sebuah catatan kecil dan sepintas saja.
Tapi apapun yang terjadi, Minahasa keren. Pakatuan wo pakalawiren. (J.Osdar)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved