Human Interest
Puluhan Kilometer Memburu Sinyal, Tempat Parkir Jadi Kelas
Dari desanya yang blankspot mereka berburu sinyal di daerah Lolak yang berjarak 18 kilometer
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: David_Kusuma
TRIBUNMANADO.CO.ID, BOLMONG - Menempuh jalan sepanjang 18 kilometer. Dengan marabahaya setiap sentinya. Jalanan menanjak dan menurun dengan tikungan tajam.
Bukit tinggi yang saat hujan deras dapat memuntahkan batu dan tanah, itulah yang tiap hari
dijalani para siswa di Desa Pindol dan Pindolili, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolmong.
Dari desanya yang blankspot mereka berburu sinyal di daerah Lolak yang berjarak 18 kilometer.
Di Lolak, semua tempat bisa jadi lokasi daring.
Tapi kebanyakan siswa memilih parkiran sebuah mini market di Lolak.
• JG-KWL Janji Tingkatkan Taraf Hidup Masyarakat Kepulauan
• WCD 2020 Kotamobagu Sukses, 3.790 Kilogram Sampah Berhasil Dikumpulkan
• WCD Regional Bolsel Sukses Gelar Aksi Bersih Sampah Sedunia, Angkut 2.110 Kg Sampah
Tempat parkir itu disulap jadi ruang kelas.
Tribun Manado memergoki Alfa Mangimbulude pekan lalu.
Pelajar dari Desa Pindolili ini tengah duduk di parkiran sambil memegang ponsel.
Alfa seolah masuk ke dunia dalam ponsel itu. Segenap keriuhan di tempat parkir itu tak ia hiraukan.
Hari itu ia hanya mengenakan baju dan celana pendek.
• Sang Petugas Barbar Era Covid-19
"Ini hari Jumat jadi pakai pakaian biasa," bebernya.
Alfa mengaku ingin sekolah di desanya, tapi desa itu tidak punya SMP.
hingga ia disekolahkan ke seberang pulau. "Saya sekolah di Siau," kata dia.
Saat pagebluk Covid-19 menyapu Sulut, sekolahnya libur. Alfa pun pulang kampung.
Pembelajaran daring dimulai sebulan lalu. "Saya tiap hari kemari. Di desa saya tak ada sinyal," katanya.
Menurut Alfa, ia bisa setengah hari berada di sana.
• Sentra Medika Hospital Internasional Beroperasi, Gubernur Olly Harap Sulut Bisa Sekelas Singapura
Belajar selama lima jam lanjut makan siang.
"Saya biasa bawa rantang makanan dan makan di parkiran ini," katanya.
Setiap hari berkendara sepanjang puluhan kilometer, diterpa panas dan hujan, Alfa mengaku
kelelahan. Beberapa kali terserang sakit.
"Tapi saya terus menguatkan diri demi masa depan," kata dia.
Putri Paputungan pelajar lainnya dari Desa Pindol yang bersekolah di Manado mengatakan, tiap hari
ia bolak - balik Lolak Pindol untuk daring di rumah saudaranya.
Beberapa hari terakhir, hujan turun. Ia terpaksa berteduh di jalan, akibatnya terlambat.
"Akhirnya saya kena tegur kepala sekolah," katanya.
Ketika kemudian Putri membeber alasannya, pihak sekolah merasa kasihan.
• 15 Topik Penting yang Dibahas Bupati Sehan saat Rakor Forkopimda dan Satgas Covid-19
Ia lantas diberi dispensasi. "Beberapa waktu lalu guru saya pernah datang kemari dan melihat kondisi
desa ini," kata dia.
Aktivitas bolak balik Lolak Pindol membuat dirinya kelelahan. Ia pun meminta pindah ke Kotamobagu demi sinyal yang lebih baik.
Meski itu harus jauh dari orangtuanya. Kadis Pendidikan Bolmong Renti Mokoginta mengatakan, metode pembelajaran di wilayah blank spot adalah luring.
"Guru datang ke rumah siswa," katanya. (art)
• Oknum Polisi Tilang Gadis dan Dibawa ke Hotel, Kapolresta: Kalau Benar, Tentu Mencoreng Citra Polri
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUN MANADO: