Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Nasional

Kampaye Covid-19 Harus Contohi Sosialisasi Program KB 'Dua Anak Cukup', Bukti Sukses Ubah Prilaku

Pandu menilai pemerintah harusnya belajar dari kampanye Program Keluarga Berencana soal tagline 'Dua Anak Cukup'.

Editor:
Istimewa
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI ) Pandu Riono 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Pandu menilai pemerintah harusnya belajar dari kampanye Program Keluarga Berencana soal tagline 'Dua Anak Cukup'.

Menurut Pandu, kampanye ini berhasil mengubah perilaku masyarakat untuk memakai KB.

"Padahal di kita sudah pernah berhasil melakukan kampanye publik, komunikasi publik perubahan perilaku adalah 'Dua Anak Cukup'."

"Dari negara yang tadinya punya kepercayaan banyak anak, banyak rezeki."

"Ternyata sebagian penduduk akhirnya percaya dua anak cukup," beber Pandu.

Dirinya menilai sebaiknya pemerintah belajar dari kampanye publik tersebut.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Kampanye mengenai 'Dua Anak Cukup' menurutnya sangat sukses mengubah perilaku masyarakat.

Menurut Epidemiolog Universitas Indonesia (UI ) Pandu Riono menilai pemerintah tidak memiliki rencana jangka panjang dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Pemerintah tidak memiliki capaian untuk mengubah perilaku masyarakat dalam menghindari penyebaran Covid-19.

"Indonesia dalam menghadapi pandemi enggak punya rencana jangka panjang."

"Tidak punya plan, apa yang akan dilakukan."

"Tidak punya target, tidak punya objektif, termasuk untuk mengubah perilaku itu enggak ada rencana," kata Pandu dalam webinar yang digelar Iluni UI, Sabtu (19/9/2020).

Kampanye mengenai 'Dua Anak Cukup' menurutnya sangat sukses mengubah perilaku masyarakat.

"Itu kampanye publik yang luar biasa sukses di Indonesia, dan kita ndak belajar dari situ."

"Seakan-akan sukses itu jadi hilang, padahal orang-orangnya masih ada."

"Prinsip-prinsipnya akan sama walaupun akan lebih cepat harus dilakukan, dan lebih strategis." tuturnya.

Pandu meminta pemerintah serius mengampanyekan pemakaian masker dan jaga jarak untuk mencegah penyebaran Covid-19, dibandingkan mengumumkan soal vaksin yang efektivitasnya belum dapat dipastikan.

Cara Pakai Masker yang Benar untuk Cegah Penularan Virus Corona
Cara Pakai Masker yang Benar untuk Cegah Penularan Virus Corona (SHUTTERSTOCK)

Saat ini, menurut Pandu, cara paling efektif mencegah Covid-19 adalah mengenakan masker.

"Akhirnya saya mengomunikasikan bahwa pakai masker adalah vaksin yang terbaik yang ada sekarang."

"Jangan nunggu vaksin yang belum jelas. Efek sampingnya, belum tentu sangat efektif," ucap Pandu.

Menurut Pandu, pemakaian masker dapat meminimalisir penyebaran Covid-19 secara maksimal.

Sedangkan vaksin, kemungkinan hanya memiliki efektivitas sebanyak 60 persen.

Sebelumnya, epidemiolog Universitas Indonesia (UI ) Pandu Riono menilai pemerintah tidak berupaya mengampanyekan pencegahan penyebaran Covid-19.

Padahal, menurut Pandu, kunci pencegahan penyebaran Covid-19 adalah dengan memakai masker dan menjaga jarak.

Epidemiolog Universitas Indonesia (UI ) Pandu Riono
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI ) Pandu Riono (Istimewa)

Kedua perilaku tersebut, menurut Pandu, yang harus dikampanyekan secara intensif kepada masyarakat.

"Perilaku penduduk jadi penting. Perilakunya akhirnya tidak ada komunikasi, tidak ada upaya untuk melakukan kampanye publik."

"Dan akhirnya ditengarai untuk melakukan kampanye pakai masker, menjaga jarak terpisah tadi."

"Padahal ini satu paket. Memang intinya adalah masker," ujar Pandu dalam webinar yang digelar Iluni UI, Sabtu (19/9/2020).

Alih-alih mengampanyekan untuk memakai masker dan menjaga jarak, Pandu menilai pemerintah malah gencar menginformasikan soal vaksin.

Menurut Pandu, pemerintah seakan menjadikan vaksin sebagai solusi dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Padahal menurut Pandu, kehadiran vaksin tidak serta merta menjadi solusi.

"Waktu sekarang dinarasikan bahwa kita akan menghadapi masalah pandemi ini tidak akan sulit hanya akan ada vaksin."

"Ini juga salah. Vaksin itu bukan solusi," tegas Pandu.

Pandu menjelaskan, vaksin tidak selalu menjadi solusi karena hingga saat ini belum ditemukan.

Jika telah ditemukan, Pandu mengatakan kemungkinan vaksin itu dipaksakan ada.

Efektivitas dari vaksin tersebut belum dapat dipastikan. Selain itu, ada efek samping dari vaksin.

"Orang belum ada, mungkin vaksin itu dipaksakan ada. Dipaksakan ada, mungkin efektivitasnya 50 persen sudah dipakai begitu," tutur Pandu.

Menurut Pandu, seharusnya pemerintah dapat mengampanyekan gerakan memakai masker dibanding memberikan harapan kepada masyarakat mengenai vaksin.

Pandu juga menyebut bahwa pemerintah harusnya belajar dari kampanye Program Keluarga Berencana soal tagline 'Dua Anak Cukup.'

Menurut Pandu, kampanye ini berhasil mengubah perilaku masyarakat untuk memakai KB.

"Ini menurut saya, sehingga narasinya adalah mengandalkan solusi ajaib vaksin akan menyelesaikan masalah."

"Iya kan? Jadi saya juga mikir bagaimana kok narasinya vaksin menyelesaikan masalah," cetus Pandu. (Fahdi Fahlevi)

 Artikel ini telah tayang di Wartakotalive 

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved