Kala Calon Kepala Daerah Ragu Terima Jabat Tangan Warga

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Seorang calon kepala daerah dilanda kebingungan saat melakukan perjalanan untuk sosialisasi.

Seorang lansia di hadapannya menyodorkan tangannya, minta berjabat tangan.

Menerima berarti tidak menjalankan protokol Covid-19 yakni physical distancing.

Sementara menolak bisa dianggap kurang sopan.

Akhirnya ia menerima jabatan tangan tersebut.

Setelah ia menimbang, menolak jabat tangan bakal jadi preseden buruk bagi pencalonannya.

• Satpol PP Manado Bersama TNI, Polri Tertibkan Masyarakat Tidak Ikut Protokol Kesehatan

• JPKPN Siap Bergerak Menangkan Olly - Steven di Pilgub 2020

• Empat Pilar Harus Dijalankan Untuk Menjadi Warga Negara yang Baik

Ia bisa dianggap melawan budaya.

Apalagi yang minta adalah orangtua. Setelah jabat tangan, calon tersebut buru buru ke mobil.

Mengambil hand sanitizer dan mengguyur tangannya.

Pengamat politik Sulut Taufik Tumbelaka mengisahkan cerita itu saat menjadi narasumber
dalam Tribun Bakudapa Sabtu kemarin.

"Ini adalah realitas politik saat ini. Kita sementara berada dalam era yang berbeda dan kita semua
masih berupaya menyesuaikan era tersebut," kata dia.

• Ramalan Besok Senin 14 September 2020, Virgo Perlu Beristirahat Setelah Beraktivitas Membuat Lelah

• Pencairan BLT Rp 600 Ribu untuk Karyawan Tahap III Kembali Diundur, Berikut Ini Jadwal Terbarunya

Dikatakan Taufik, semua pihak dilanda kebingungan mengenai cara berpolitik di masa Covid-19.

Tak hanya calon dan warga, aparat penyelenggara juga ikutan gamang.

Menurut Taufik, semua pihak sudah harus secepatnya keluar dari zona nyaman agar pemilu di masa Covid-19 dapat berkualitas.

"Kan ada opsi tunda Pilkada. Tapi pada akhirnya Pilkada dilaksanakan tahun ini. Yang harus kita
lakukan adalah segera menyesuaikan diri dengan keadaan baru ini. Karena inilah pilihan yang kita ambil," kata dia.