Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

News

Ingat Sosok Wiji Thukul Aktivis yang Hilang pada Tahun 1998? Sampai Kini Tak Ditemukan, Ini Kisahnya

Wiji Thukul, sosok aktivis sekaligus seniman yang hilang pada tahun 1998. Keberadaannya hingga kini menjadi misteri.

Editor: Frandi Piring
Kolase foto Hariadi Saptono/ KOMPAS/PRIYOMBODO
Aktivis Wiji Thukul yang hilang pada tahun 1988. 

Koordinator Kontras, Munarman saat itu menjelaskan Thukul masih diketahui kabarnya sekitar Maret-April 1998.

Ketika itu sang penyair bertemu dengan beberapa orang temannya.

Namun itulah kabar terakhir yang bisa diketahui tentang Thukul. Setelah itu, keberadaan dirinya tidak pernah lagi diketahui.

"Hilangnya Wiji Thukul sekitar Maret 1998 kami duga berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh yang bersangkutan.

"Saat itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif rezim Orde Baru dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde Baru," jelas Munarman.

Ia menyebut, ketika itu terdapat 23 orang termasuk Thukul yang dinyatakan hilang dalam operasi itu, dan hingga medio tahun 2000, setidaknya 14 di antaranya belum diketemukan.

Target Operasi

Budiman Sudjatmiko yang saat itu menjadi Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) menceritakan apa yang dilakukan oleh Thukul hingga akhirnya ia dinyatakan hilang.

Budiman mengisahkan, Wiji Thukul menjadi salah satu target utama pada saat terjadi pembersihan besar-besaran terhadap aktivis gerakan demokrasi pascatragedi berdarah 27 Juli 1996.

Thukul sempat meloloskan diri dari kejaran ketika itu, lalu ia berpindah-pindah kota akibat menjadi target kejaran aparat.

Aktivis Wiji Thukul
Aktivis Wiji Thukul (Twitter)

Mulai dari Solo, Salatiga, Jakarta, hingga sempat disembunyikan di Serpong, Tangerang.

Budiman menduga, Thukul menjadi salah satu korban operasi penyapuan aktivis di Solo, bersama dengan aktivis lain, salah satunya bernama Suyat yang juga belum dinyatakan kembali di tahun 2000.

Sejak Kecil Menderita

Lahir dengan nama Wiji Thukul Wijaya, 26 Agustus 1963, di kampung Sorogenen Solo, Wiji Thukul merupakan anak pertama dari empat bersaudara yang hidup dalam lingkungan tukang becak dan keluarga buruh.

Sejak kecil hidup di tengah penderitaan. Seolah mengikut namanya yang berarti "benih yang tumbuh", jiwanya selalu tergugah menyuarakan perlakuan yang tidak adil. Ayahnya, Pak Bejo, tukang becak di Solo, sedangkan ibunya tinggal di rumah.

Pendidikannya hanya sampai kelas dua Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Jurusan Tari, Solo.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved