HUT ke 75 Kemerdekaan RI
Melawan Angin, Pemuda-Nelayan Nekat Upacara di Pinggir Pantai, Nasionalisme Warga Pantura
Melawan angin kencang, tiga orang siswa berpakaian pramuka berjuang keras menaikkan bendera merah putih pada sebilah bambu, Senin
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: David_Kusuma
"Ini ide yang luar biasa, baru pertama kali diadakan," kata dia.
Sebut Fajal, upacara tersebut sejatinya agak sulit karena melawan angin keras.
Itu memberi makna bagi perayaan kemerdekaan di masa Covid.
"Sesulit apapun kita harus bangkit dengan persatuan dan nasionalisme," beber dia.
• Olly Dondokambey Optimistis PDIP Sapu Bersih Pilkada Serentak di Sulut
• TP PKK Sulut Gandeng DPP-IKAPTK, Salurkan 15.000 Masker di Manado
Bendera merah putih sepanjang 75 meter menyelimuti Desa Solog, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolmong, Senin (14/8/2020) selama dua jam, bermula dari detik - detik proklamasi pukul 11.00 Wita.
Bendera itu dibentangkan oleh para pemuda di desa tersebut.
Dari sebuah lokasi, bendera itu kemudian diarak keliling desa.
Bendera serta nasionalisme para pemuda Solog yang menyala-nyala menjadi salah satu rona perayaan HUT kemerdekaan RI di Bolmong, di tengah masa pendemi Covid-19.
Sejumlah pengendara jalan trans sulawesi kagum, lantas mengabadikan momen langka itu
Ada di antaranya yang larut dalam nasionalisme anak anak pantai utara Bolmong: turun dari
kendaraannya dan memberi penghormatan.
• OCTO Mobile CIMB Niaga Beri Solusi Belanja Sehat dan Aman di Luar Rumah
• Komplotan Polisi Gadungan Peras Seorang Wanita, Korban Merugi hingga Rp 1,3 Miliar
Iman salah satu pemuda mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan Karang Taruna Desa Solog.
Tujuannya menyemarakkan hari kemerdekaan dengan kegiatan positif.
"Maknanya adalah generasi muda harus mengisi perjuangan dengan turut serta dalam
pembangunan bangsa," ujar dia.
Ia menjelaskan tentang makna bendera sepanjang 75 meter. 75 adalah HUT RI.
Sementara bendera yang mengelilingi desa bermakna nasionalisme yang melingkupi
desa itu dan Bolmong umumnya.
Ketua Karang Taruna Desa Solog Meydi Makokombong mengatakan, dana beli kain berasal
dari swadaya.
"Masyarakat dan para pemuda gotong royong kumpul dana untuk beli kain ini," kata dia.