Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Afghanistan

Perdamaian antara Taliban dengan Pemerintah Afghanistan Bakal Terwujud

eduanya telah berkomitmen untuk menyelesaikan pertukaran tahanan sebelum negosiasi dimulai. Resolusi itu disahkan pada akhir acara Loya Jirga.

Editor: Rizali Posumah
EPA-EFE/WATAN YAR(WATAN YAR)
Tentara Afghanistan menjadi titik pemeriksaan di Helmand, Afghanistan, 22 Februari 2020. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan pada 21 Februari, bahwa pengurangan kekerasan tujuh hari yang dijanjikan oleh Taliban akan menentukan langkah pemerintah selanjutnya dalam proses perdamaian Afghanistan. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Perdamaian di Afganistan bakal terwujud setelah ribuan tokoh terkemuka Afghanistan menyetujui pembebasan 400 tahanan Taliban.

Selangkah lagi pembicaraan damai akan dilakukan oleh pemerintah Afghanistan dan Taliban.

Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh dewan perdamaian di Kabul pada Minggu (9/8/2020) sebagaimana diwartakan kantor berita AFP.

Nasib para tahanan memang menjadi rintangan besar dalam mengadakan perjanjian damai antara kedua pihak yang bertikai.

Termasuk Puasa Senin Kamis, Puasa Memiliki Beberapa Manfaat untuk Kesehatan

Cantiknya Arumi Bachsin Saat Pakai Kebaya, Penampilannya Jadi Sorotan

Keduanya telah berkomitmen untuk menyelesaikan pertukaran tahanan sebelum negosiasi dimulai.

Resolusi itu disahkan pada akhir acara tiga hari "Loya Jirga", yakni pertemuan tradisional tetua suku Afghanistan dan pemangku kepentingan lainnya, yang beberapa kali diadakan untuk menyelesaikan persoalan kontroversial.

"Untuk menghilangkan rintangan dalam mengawali pembicaraan damai, menghentikan pertumpahan darah, dan untuk kebaikan publik, jirga menyetujui pembebasan 400 tahanan seperti yang diminta Taliban," ujar anggota jirga Atefa Tayeb.

Menurut daftar tahanan resmi yang dilihat AFP, banyak narapidana dijebloskan ke penjara atas pelanggaran serius termasuk menewaskan sejumlah warga Afghanistan dan orang asing. Lebih dari 150 napi yang dihukum mati.

Jirga juga mendesak pemerintah untuk meyakinkan penduduk, bahwa tahanan yang dibebaskan akan diawasi dan tidak akan diizinkan kembali ke medan perang. Mereka pun meminta milisi asing harus dipulangkan ke negara asalnya.

Jirga pun menuntut "gencatan senjata serius, segera, dan selamanya" di negara itu.

"Keputusan Loya Jirga telah menghilangkan alasan-alasan dan rintangan terakhir dalam proses menuju perundingan damai."

"Kami berada di ambang perundingan damai," kata Abdullah Abdullah yang memimpin proses perdamaian pemerintah, dan ditunjuk sebagai kepala Loya Jirga.

Sementara itu Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan, dia akan menandatangani keputusan untuk membebaskan para tahanan pada Minggu (9/8/2020).

"Taliban sekarang harus menunjukkan mereka tidak takut dengan gencatan senjata nasional," katanya dikutip dari AFP.

Pasukan keamanan pada Minggu menuturkan, mereka telah menangkap 11 anggota ISIS yang berencana menyerang pertemuan Loya Jirga itu.

"Menebus Taliban adalah pengkhianatan"

Pemerintah Afghanistan telah membebaskan hampir 5.000 narapidana Taliban, tetapi pihak berwenang menolak pembebasan tahanan terakhir yang diminta kelompok pemberontak itu.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendorong pembebasan para tahanan, tetapi mengakui keputusan itu "tidak populer".

Para tahanan itu termasuk 44 pemberontak yang diperhatikan secara khusus oleh AS dan negara-negara lain, atas peran mereka dalam serangan "tingkat tinggi".

Sebanyak 5 di antaranya terkait dengan serangan pada 2018 di Hotel Intercontinental, Kabul, yang menewaskan 40 orang termasuk 14 warga negara asing.

Seorang militan Taliban yang terlibat dalam pengeboman truk besar-besaran pada Mei 2017 di dekat Kedubes Jerman di Kabul, juga ada di daftar tahanan.

Ada juga mantan perwira militer Afghanistan yang membunuh lima tentara Perancis dalam serangan orang dalam.

Keluarga dari korban pekerja bantuan Perancis, Bettina Goislard, yang dibunuh di Afghanistan pada 2003 mengatakan, mereka tidak akan menerima pembebasan para pembunuhnya yang ada dalam daftar.

"Keputusan membebaskan (mereka) yang dibuat atas dasar pertukaran tahanan, bagi kami, keluarganya, tidak dapat diterima," kata keluarga Bettina dalam sebuah pernyataan kepada AFP, sebelum keputusan Loya Jirga diumumkan.

Pada hari pertama pertemuan, anggota parlemen Belquis Roshan yang juga seorang aktivis HAM perempuan terkemuka, memprotes pembebasan para tahanan.

Ia membentangkan spanduk bertuliskan, "Menebus Taliban adalah pengkhianatan nasional".

Tapi bagaimana pun juga, keputusan Loya Jirga itu telah meningkatkan harapan untuk menggelar pembicaraan damai.

"Berdasarkan informasi yang saya miliki, pembicaraan intra-Afghanistan akan dimulai dalam 2-3 hari setelah pembebasan 400 tahanan Taliban," kata mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai kepada Loya Jirga.

Pembicaraan intra-Afghanistan dijadwalkan berdasarkan kesepakatan AS-Taliban pada akhir Februari, di mana Washington akan menarik pasukannya dari Afghanistan pada pertengahan 2021 dengan imbalan jaminan keamanan.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada Sabtu (8/8/2020) mengatakan ke Fox News, AS akan mengurangi jumlah pasukannya di negara itu menjadi di bawah 5.000 pada akhir November, tetapi menambahkan bahwa itu "berdasarkan situasi dan kondisi".

Sementara itu Presiden Donald Trump yang maju lagi ke pemilu AS 2020, telah berulang kali mengatakan dia ingin mengakhiri perang terpanjang Amerika, yang dimulai hampir 20 tahun lalu ketika Washington menggulingkan Taliban setelah serangan 11 September.

Kecelakaan Maut, Penumpang Tewas Setelah Motor yang Ditumpanginya Senggol Pemotor Lain

Gaji Ke-13 PNS TNI dan Polri Cair Hari Ini, Berikut Daftar Besarannya

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "400 Tahanan Taliban Segera Bebas, Perdamaian dengan Afghanistan di Depan Mata"
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved