Korea Utara
Cara Pembelot Korea Utara Menyeberangi Perbatasan yang Paling Berbahaya Demi Kebebasan
pihak berwenang Korea Selatan mengidentifikasi pria itu sebagai Kim, yang melakukan perjalanan 'yang tak terbayangkan' ketika ia melintasi perbatasan
TRIBUNMANADO.CO.ID - Cara warga Korea Utara membelot dari negaranya dan menyeberangi perbatasan yang terkenal berbahaya.
Mereka harus melewati kawat duri, ladang ranjau, sungai dan tantangan lainnya.
Warga Korea Utara yang mendambakan kebebasan harus melarikan diri ke Korea Utara dan China.
• Pria di AS Berniat Donasikan Plasma Darah Selamatkan Pasien Virus Corona, Niatnya Ditolak Karena Gay
• 7 Konsumen Daihatsu Malalayang Beruntung, Yenny: Nggak Sangka Dapat Handphone Gratis
Pembelot merupakan istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut orang-orang Korea Utara yang menyeberang ke Korea Selatan.
Berbagai kisah datang dari para pembelot, seperti yang baru-baru ini terjadi.
Melansir 24h.com.vn (29/7/2020), disebut jika pekan lalu, seorang pembelot berusia 24 tahun kembali ke Korea Utara, membuat Kim Jong-un mengumumkan keadaan darurat.
Hal itu dilakukan Kim Jong-un lantaran si pembelot disebut memiliki gejala Covid-19.
Seperti diketahui, selama ini Korea Utara mengklaim bahwa tidak ada kasus positif Covid-19 di sana.
Selain datang membawa kehebohan tentang gejala Covid-19, bagaimana pembelot ini melewati perbatasan juga begitu 'menantang maut'.
Menurut SCMP, pihak berwenang Korea Selatan mengidentifikasi pria itu sebagai Kim, yang melakukan perjalanan 'yang tak terbayangkan' ketika ia melintasi perbatasan ke selatan pada 2017.
Kepala Staf Korea Selatan, Jenderal Park Han-ki, mengatakan Kim tingginya 163 cm dan beratnya 54 kg.
Seorang pejabat Korea mengungkapkan bahwa perjalanannya ke Korea Selatan pada 2017 mirip dengan kepulangannya, harus berenang melintasi Sungai Han yang memisahkan kedua Korea.
Bukan tanpa alasan Kim nekat menyeberangi perbatasan dua negara yang 'bermusuhan' ini.
Sebelum kabur dari Korea Utara, Kim dulu bekerja di Kaesong Industrial Park di kota Korea di perbatasan dengan Korea Selatan.
Namun kemudian kawasan industri itu ditutup pada 2016.
Goncangan ekonomi menyebabkan Kim memutuskan untuk melintasi perbatasan ke Korea Selatan.
Kim mengatakan dalam sebuah video tentang dirinya dan buron lainnya di Korea Selatan.
Alih-alih memilih untuk pergi ke China , seperti mayoritas buron lainnya, Kim memutuskan untuk pergi ke selatan, melintasi perbatasan paling berbahaya di dunia antara kedua Korea.
“Setelah menyeberangi pagar kawat berduri, saya berjalan melalui ladang ranjau tanpa terluka dan tiba di ladang lap di dekat Sungai Han. Saya tinggal di sana selama sekitar 3 jam, ” kata Kim.
Mencapai Sungai Han, Kim berenang ke arah cahaya di tepi selatan.
Setelah mencapai daratan, Kim meminta bantuan dan ditemukan oleh tentara Korea.
• Bagaimana Panduan Salat Iduladha dari Kementerian Agama?
• Sapi Presiden Jokowi Dikurbankan di Bolsel, Gubernur Serahkan 210 Ekor Sapi Kurban
Tidak jelas apa yang dilakukan Kim untuk mencari nafkah di Korea Selatan, tetapi sebuah sumber mengatakan Kim masih berutang pembelot lain 20 juta won (sekitar Rp240 Juta).
"Dia ingin menjadi dosen, seperti buron lainnya, tetapi itu tidak pernah terjadi, sebagian karena epidemi Covid-19," kata seorang sumber, yang mau berbicara dengan syarat anonim.
Pada bulan Juni, seorang wanita Korea Utara membelot ke polisi Korea Selatan, mengklaim bahwa Kim telah melakukan kekerasan seksual terhadapnya. Kim sendiri pernah ditanyai oleh polisi pada 21 Juni.
Disebut jika pada 19 Juli, Kim mengancam wanita itu, mendorong polisi Korea Selatan untuk menangkapnya.
Penangkapan itu dikeluarkan dua hari kemudian, tetapi kemudian Kim berada di Korea Utara.
Dihadapi dengan tuduhan pelecehan seksual, Kim melewati sistem pengawasan militer Korea Selatan di perbatasan dengan merangkak di selokan dan berenang melintasi Sungai Han ke Korea Utara.
Pada 24 Juli, otoritas Korea Utara menemukan Kim di kawasan industri Kaesong, menunjukkan tanda-tanda infeksi Covid-19.
Menyusul peristiwa itu, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pun mengeluarkan deklarasi darurat untuk memblokade kota.
Di sisi lain, para pejabat Korea Selatan bersikeras tidak ada tanda-tanda bahwa Kim terinfeksi Covid-19 sebelum meninggalkan Korea Selatan.