Berita Bolmong
Catatan Seorang Tenaga Kesehatan, Bangga Pernah Tolong Pasien PDP Melahirkan, Ditipu Sudah Biasa
Bukan melawan manusia, tapi virus yang belum ada obatnya dan sudah membinasakan ribuan manusia.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUNMANADO.CO.ID, LOLAK - Namanya Angga Rombot.
Biasa dipanggil Angga.
Atau Waseng.
Karena berasal dari Minahasa, tepatnya Tompaso Lama.
Masih lajang.
Umur 25 tahun.
Di usianya yang masih seumur jagung itu, Angga mengabdikannya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dan telah mengambil
peran yang penting dalam perang semesta melawan Covid-19.
Ini perang tiada banding dalam sejarah manusia.
Bukan melawan manusia, tapi virus yang belum ada obatnya dan sudah membinasakan ribuan manusia.
Angga adalah petugas kesehatan di RSU Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow.
Sebagai perawat Triase PIE, ia mengemban tugas maha berat.
Memilah pasien, apakah masuk dalam gejala infeksi Covid-19 atau tidak.
Sebagai pejuang garis depan, telah banyak pengalaman traumatis yang ia alami dan sesungguhnya terlalu berat bagi jiwa mudanya.
Ia berhadapan dengan ketakutan, maut, manusia sekarat, pasien yang menipu, keluarga pasien yang egois, kesepian, stres
dan yang paling berat, stigma buruk dari masyarakat yang ditolongnya.
Hal yang sungguh berat.
Tak pernah terlintas di pikirannya menjadi perawat akan sesulit ini.
"Jika saya bisa melaluinya itu karena pertolongan Tuhan Yesus, sungguh saya tak menyangka saya akan sekuat ini.
Ini juga berkat kepercayaan penuh yang diberikan Pemkab Bolmong pada kami tim isolasi," ujarnya.
Seribu satu penderitaan itu diawali dengan memakai APD.
Ia musti memakai APD level 3 selama berjam jam.
Lengkap dengan popok.
Karena APD itu tak bisa ditanggalkan hingga pasien dinyatakan PDP atau tidak.
Pernah ia memakai APD dan popoknya dari pukul 11 malam hingga 9 pagi.
"Itu karena pasien harus lalui serangkaian pemeriksaan," kata dia.
Berdebat dengan keluarga pasien. Itu jadi menu tambahan yang pahit.
Ada pasien yang tak mau diisolasi.
Ada pula keluarga pasien yang minta didahulukan.
"Padahal kami punya Protokol Triage yaitu yang emergency lah yang didahulukan," kata dia.
Suatu kali datang seorang pasien.
Saat dilakukan pemilahan ia tak jujur.
Ternyata pasien positif Covid-19.
Alhasil ia harus jalani rapid tes sebanyak dua kali dan jalani isolasi mandiri selama dua pekan.
"Tangan saya ditusuk empat kali untuk diambil darahnya," kata dia.
Dalam keadaan sulit itu, dimana ia butuh topangan sahabat, mirisnya, ia malah dijauhi.
Seiring dengan diberikannya edukasi, pada akhirnya mereka paham.
Tapi itu butuh waktu.
Setelah hatinya sudah koyak dan tersayat sayat.
Derita lainnya adalah ia tak bisa pulang kampung.
Sejak Maret dirinya belum bertemu kedua orang tuanya.
"Tetapi semua itu saya dan tim PIE lakukan sesuai janji profesi kami untuk menjaga kesehatan masyarakat dengan
menolong melalui pelayanan kesehatan tanpa memandang status pasien, karena bagi kami menolong
adalah yang utama," kata dia.
Layaknya kehidupan, bertubi - tubi duka, dapat terhapus hanya dengan sebuah suka.
Suatu kali seorang pasien PDP melahirkan.
Berkat kesigapan tim rumah sakit Datoe Binangkang, bayi tersebut terselamatkan.
Angga terlibat penuh dalam penyelamatan ibu dan anak itu.
Ia bahagia.
Sering berada pada situasi sulit membuat mereka jadi bak saudara.
Senasib sepenanggungan.
"Persahabatan tumbuh dengan indah di saat Covid-19, terima kasih yang sebesar - besarnya saya
ucapkan kepada Tim Isolasi IGD Triase PIE dan Ruangan Isolasi Covid-19 dan Direktur serta
Manajemen RSUD Datoe Binangkang, Bangga saya menjadi bagian dari kalian," katanya.
Perjalanan Angga dan kawan kawan belum akan berakhir.
Masih panjang.
New normal segera diterapkan.
Pasien akan makin banyak.
Akan lebih banyak lagi suka duka dialaminya.
Meski sudah kepayahan, namun sebagai pejuang ia musti terus berjuang.
"Semoga dengan di terapkannya New Normal masyarakat dapat patuh pada protokol Kesehatan yaitu Selalu
pakai Masker, Sering mencuci tangan dan selalu menjaga Jarak lebih dari 1 meter sehingga dapat menekan
angka Infeksi Covid19 serta seringlah membaca atau melihat berita yang benar dari pemerintah tentang
bahaya dan pencegahan Covid19.
Sehingga pasien yang datang ke RS adalah pasien yang benar benar membutuhkan penanganan gawat Darurat
agar tidak terjadi penimbunan Jumlah pasien di RS atau yang kita kenal dengan Code Black RS (Full
Kapasitas)," kata dia.
(Tribunmanado.co.id/Arthur Rompis)
BERITA TERPOPULER :
• Kecelakaan Maut, 2 Orang Tewas Setelah Mobil Rombongan Alumni Pelajar Tertabrak hingga Terbalik
• Dengan Kesungguhan Hati Pak Presiden Mohon Maaf, Adian Napitupulu: Izinkan Saya Membantu Bapak
• JAWABAN SOAL TVRI LENGKAP untuk SD Kelas 4-6 Hari Ini Jumat 24 Juli 2020, Belajar dari Rumah
TONTON JUGA :