Repotnya Sekolah Daring di Hari Pertama: Menyediakan Pulsa hingga Durasi Belajar
Tahun ajaran baru 2020/2021 resmi dimulai hari ini. Kegiatan belajar mengajar mulai dari tingkat SD hingga SMA
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Tahun ajaran baru 2020/2021 resmi dimulai hari ini. Kegiatan belajar mengajar mulai dari tingkat SD hingga SMA serentak dilakukan Senin (13/7) ini. Namun, karena adanya pandemi Covid-19 tentu proses belajar mengajar tatap muka bertemu fisik antara guru dan siswa tidak dilakukan.
Sekolah daring pun mau tidak mau dilakukan. Tribun mengalami hari pertama sekolah tingkat sekolah dasar dan TK.
Jam sekolah tentu tidak berubah, Senin(13/7) pukul 07.00 WIB siswa lengkap dengan seragam sekolah sudah bersiap di depan smartphone milik orang tuanya. Tidak lama berselang guru pun muncul dalam bentuk video di layar gawai pintar.
"Selamat pagi anak-anak, apa kabar semoga semua sehat ya. Hari ini kita belajar melalui online ya. Mohon membuat video perkenalan diri nanti dikirim ya via WhatsApp," ujar salah seorang guru sekolah dasar di Bogor melalui video.
• Instruksi Presiden Jokowi: Prabowo Subianto Pimpin Proyek Pembangunan Lumbung Pangan di Kalteng
Guru kemudian memberikan tugas kepada para siswa agar menonton siaran salah satu televisi nasional.
"Tugas nanti lihat tivi ya anak-anak. Nanti kalau sudah selesai tugasnya difoto, kirim lewat WhatsApp. Kalau ada yang tidak bisa minta tolong bunda atau ayahnya yaa," ujar guru tersebut sembari menutup pertemuan yang hanya berlangsung lima menit tersebut dengan salam.
Tak lama kemudian siswa bergegas membuat video perkenalan diri, selesai tugas kemudian dikirimkan melalui WhatsApp.
Setelah itu televisi pun dinyalakan, siswa SD atau TK juga duduk mematung memperhatikan soal-soal yang diberikan melalui siaran tersebut.
Ada beberapa soal yang harus dikerjakan oleh siswa dari siaran televisi yang tayang mulai pukul 08.00 WIB tersebut. Total waktu yang harus dihabiskan siswa mulai dari menyalakan smartphone hingga selesai mengerjakan tugas kurang lebih dua jam.
Pukul 09.00 WIB tugas selesai dan anak-anak bisa bebas bermain lagi di dalam atau halaman rumah bersama teman-teman sebayanya tentu dengan mematuhi protokol kesehatan saat pandemi.
Selesai siswa mengerjakan tugas, giliran orang tua yang sibuk rapat daring dengan guru di sekolah. Para guru menggelar rapat menanyakan pendapat orang tua mengenai metode pembelajaran yang tepat selama pandemi covid-19.
Beberapa pilihan muncul, di antaranya siswa membentuk kelompok belajar dengan teman yang lokasi rumahnya berdekatan. Tentu kegiatan belajar mengajar tetap dilakukan daring.
"Nanti satu kelompok belajar ada enam orang ya bapak-bapak, ibu-ibu. Cari teman yang rumahnya berdekatan," ujar guru sekolah dasar di Bogor saat rapat melalui panggilan video.
Opsi tersebut tentu membuat pertanyaan sendiri di benak para wali murid. Mereka kini sibuk mencari siapa saja teman yang lokasinya berdekatan dengan rumah. Belum lagi urusan perangkat seperti laptop atau gawai pintar.
Bagi wali murid yang keduanya bekerja di pagi hari tentu ini menjadi hal yang merepotkan. Sebelum berangkat mereka harus menyiapkan perangkat elektronik untuk anaknya bersekolah, belum urusan pulsa, kuota internet yang harus dibayar tiap bulannya.
Lalu, bagaimana nasib mereka para siswa siswi yang tinggal di daerah pedalaman, atau wilayah yang sulit dijangkau sinyal seluler?
Tentu hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi mereka para pemangku kebijakan di bidang pendidikan, terlebih saat pandemi seperti sekarang ini.
Salah seorang wali murid SD di Bogor, Uci juga mengaku harus memutar otak membagi-bagi pengeluaran untuk keperluan sekolah anaknya. Terutama pulsa dan kuota internet.
• Rapit Tes Reaktif di Sulut Capai 2163 orang
"Harus siap-siap pulsa dan kuota internet ini. Pusing juga aturnya. Belum stok handphonenya, cuma ada satu. Kalau ayahnya kerja pagi susah," katanya.
Dilarang Tatap Muka
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tetap tidak mengizinkan sekolah menggelar kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) atau Masa Orientasi Sekolah (MOS) tahun ajaran 2020/2021 secara tatap muka.
Plt Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Menengah, Hamid Muhammad mengatakan, MPLS secara langsung tidak diperbolehkan meski sekolahnya berada di zona hijau.
"MPLS yang mengumpulkan siswa, termasuk di daerah hijau tidak diperbolehkan," ujar Hamid saat dikonfirmasi, Senin (13/7).
Hamid menilai sebaiknya kegiatan MPLS dilakukan secara daring untuk semua sekolah baik di zona hijau, kuning, oranye dan merah.
"Secara daring atau luring boleh di semua zona," kata Hamid.
Kemendikbud bersama Kemenkes, Kemendagri, Kemenag telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Panduan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran Baru dan Tahun Akademi Baru di Masa Pandemi COVID-19.
Beberapa kabupaten kota yang masuk zona hijau berdasarkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Nasional dapat memulai pembelajaran tatap muka dengan persyaratan protokol kesehatan yang ketat. Pembelajaran tatap muka dimulai dari jenjang SMP dan SMA/SMK terlebih dulu.
• Nasdem Percaya Instink VAP. Plan A Putra BMR, Plan B GSVL?
Jangan Hanya Mengejar Ijazah
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ,Wikan Sakarinto mengajak para siswa SMK untuk memiliki semangat (passion) dalam menekuni masa pendidikannya.
Menurut Wikan, proses pembelajaran harus memiliki unsur kegembiraan agar memiliki hasil yang baik.
"Itu hanya bisa terjadi kalau punya visi dan passion ke depan. Sehingga pada proses nanti punya tingkatan kebahagian dengan belajar ilmu yang adik-adik pahami buat apa masa depan," kata Wikan saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) secara daring, Senin (13/7).
Wikan mengajak para siswa SMK agar menjadi sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Menurutnya, kompetensi dapat membuat para siswa menjadi manusia yang unggul.
Menurutnya, saat ini yang dibutuhkan bukan hanya titel dan ijazah, tapi kompetensi dan kemampuan.
"Kompetensi inilah membuat jadi orang hebat dan baik di masa depan, bukan sekedar ijazah. Ijazah tanpa kompetensi itu artinya aku bisa apa. Kompeten itu harus bisa mengakui bisa 'i can perform something aku mampu apa itulah kompetensi dan skill," kata Wikan.
Menurut Wikan, dunia usaha dan kerja tidak menginginkan lulusan yang memiliki ijazah, tapi juga kompetensi.
"Kompetensi itu apa? Hard skill dan soft skill itu berimbang, jangan hanya hard skill tapi soft skill juga kuat," kata Wikan. (willy/fahdi/tribunnetwork/cep)