Kabar China
Xi Jinping dan Vladimir Putin Jadi Diktator, Malah Klaim Menentang Hegemoni dan Unilateralisme
Presiden China Xi Jinping dan Presiden sekaligus diktator modern Rusia Vladimir Putin Rabu kemarin berbicara serius lewat sambungan telepon.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin kini menjelma sebagai pemimpin diktator di negaranya.
Terbaru, Vladimir Putin mendapat dukungan melalui referendum akan memimpin hingga 2036 setelah memimpin 21 tahun
Sedangkan sahabatnya, Presiden China Xi Jinping melakukan berbagai klaim menguasai wilayah negara lain mulai Laut China Selatan, Laut China Timur, Kutub Utara, Lembah Galwan dan berbagai wilayah lain.
Menariknya, kedua diktator itu sepakat untuk menentang hegemoni dan unilateralisme.
• TERBARU, Daftar Harga Sepeda Pasific, Polygon, United dan Exotic, Intip Juga 9 Cara Merawat Sepeda
• Kenali 9 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Minum Air Putih, Bisa Berbahaya Hingga Sebabkan Kematian

Diketahui Presiden China Xi Jinping dan Presiden sekaligus diktator modern Rusia Vladimir Putin Rabu kemarin berbicara serius lewat sambungan telepon.
Mereka sepakan menentang hegemoni dan unilateralisme.
Hegemoni dari bahasa Yunani adalah bentuk dominasi (kepemimpinan) suatu negara terhadap negara-negara lain.
Hegemoni bisa berkembang menjadi dominasi yang sangat ekstrem.
Sedangkan unilateralisme adalah doktrin atau agenda apapun yang mendukung aksi sepihak.
Tindakan itu bisa saja muncul karena tidak suka dengan pihak lawan, atau bentuk komitmen mencapai tujuan yang disepakati semua pihak.
Melansir South China Morning Post yang mengutip laporan saluran TV pemerintah China CGTN, Xi mengatakan perlunya Beijing dan Moskow untuk mengintensifkan komunikasi strategis dan kerja sama mereka dalam situasi global yang cepat berubah.
Pembicaraan mereka terjadi di tengah hubungan China-AS yang semakin tegang dan meningkatnya ketegangan antara China dan India setelah bentrokan mematikan antara pasukan di perbatasan Himalaya yang disengketakan bulan lalu.
Pembicaraan itu terjadi lima hari setelah Putin berbicara dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, setelah New Delhi menyetujui kesepakatan senjata besar antara kedua negara.
• CEP Bersanding Dengan Sehan Landjar, Riston Mokoagow Optimis Dapat SK di Pilkada Bolsel
• Viral Video Pria Curhat ke Ayam Karena Ditinggal Kekasih Berujung Dipatuk Berkali-kali

Tindakan Xi ini cukup tidak sesuai dengan keinginannya mewujudkan Chinese Dream yang berupaya menguasai dunia.
Demikian juga Rusia, dengan Putin menjadi diktator era baru, memiliki hasrat untuk menjadi negara adidaya baru.
Dapat dikatakan tindakan kedua diktator ini adalah untuk melemahkan kekuatan Amerika.
Media India melaporkan bahwa Modi adalah pemimpin dunia pertama yang memberi selamat kepada Putin atas kemenangannya dalam referendum tentang reformasi konstitusi yang akan memungkinkannya untuk tetap sebagai presiden hingga 2036.
Putin juga dilaporkan mengatakan kepada Modi bahwa ia ingin memperkuat kemitraan strategis "istimewa" antara kedua negara.
Xi mengatakan kepada Putin, China bersedia untuk melanjutkan dukungan timbal balik dengan Rusia, dengan tegas menentang campur tangan dan sabotase eksternal, dan mempertahankan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan masing-masing negara, CGTN melaporkan.
Xi mengatakan China "seperti biasa" dengan tegas mendukung Rusia mengikuti jalurnya sendiri untuk mengembangkan dan merevitalisasi negara itu, dan menyerukan kerjasama dalam teknologi, pengembangan vaksin, dan biosekuriti.
Dia menambahkan, China akan mengintensifkan koordinasinya dengan Rusia secara internasional, termasuk PBB, untuk membela multilateralisme dan menentang hegemoni dan unilateralisme.
Sementara itu, melansir Reuters yang mengutip Kremlin, Xi Jinping sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, termasuk di bidang energi dan manufaktur pesawat sipil.
Dalam sebuah pernyataan, Kremlin juga mengatakan bahwa baik Putin maupun Xi memuji bantuan timbal balik Rusia dan China dalam mengatasi pandemi virus corona selama puncaknya.(*)