Berita Internasional
Selain Laut China Selatan, China Niat Klaim Kutub Utara, Tujuannya Sumber Daya Alam hingga Maritim
Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya dinilai harus menjaga hubungan dekat untuk mempertahankan kepentingan mereka di Kutub Utara yang kaya sumber daya.
"Jenis pengaruh ini merupakan masalah keamanan dan dapat digunakan untuk membatasi akses ke pelabuhan dan bandara utama dengan nyaman sambil memberikan akses ke informasi sensitif pemerintah dan militer melalui teknologi perusahaan milik negara dan perusahaan yang dikendalikan negara," katanya.
Dia juga mengatakan para pemimpin China dan diplomat "Wolf Warrior" yang lebih agresif di negara itu membatasi informasi tentang virus corona dan menyumbangkan peralatan dan personel.
Bahkan di Eropa sebagai cara untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pemimpin dunia.
Di sisi lain, China dan AS telah meningkatkan kehadiran mereka di Laut China Selatan yang disengketakan, di mana untuk pertama kalinya sejak 2017, tiga kapal induk Angkatan Laut AS seberat 100.000 ton sedang berpatroli.
Beijing mengklaim sebagian besar lautan ini sebagai miliknya.
Tetapi ada klaim yang tumpang tindih dari tetangga termasuk Vietnam, Filipina, Brunei, dan Malaysia.
Sementara itu, Song Zhongping, seorang komentator militer yang berbasis di Hong Kong mengatakan komentar Foggo dapat dilihat sebagai bagian dari upaya Washington untuk mengambil hati NATO untuk melawan China.
"AS berusaha untuk memperluas kemampuan NATO ke Pasifik Barat dan Kutub Utara."
"Dan didorong oleh AS, NATO telah mulai memperhatikan China," kata Song.
"Tapi sebagai aliansi militer yang berbasis di Eropa, NATO malah akan melihat Rusia sebagai lawan utama," ungkapnya.
• Sejumlah Perusahaan Besar Memboikot, Facebook Luncurkan Kebijakan Baru, Ingin Dapat Kepercayaan
• Gempar di Filipina Kelelawar Sebesar Manusia, Terancam Punah Karena Dikonsumsi, Ini Potretnya
• GSVL Apresiasi Gubernur Sulut dan Kakanwil Kemenag Sulut atas Penandatanganan MoU Rumah Singgah