Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jenderal Hoegeng

Kisah Jenderal Hoegeng yang Disebut Polisi Jujur oleh Gus Dur

Lalu siapakah Jenderal Hoegeng Imam Santoso sampai-sampai Gus Dur menyebutnya sebagai satu-satunya sosok polisi yang jujur?

Editor: Aldi Ponge
Tangkap layar @videosejarah
Jenderal Hoegeng. 

Akhirnya keputusan melesatkan kendaraan itu maju terus, kabur dengan kecepatan maksimal.

Selamat Pak Hoegeng sampai ke Binjai, tapi di sana sempat “dimaki-maki” oleh rekan-rekannya.

Sudah berulang kali diperingatkan agar jangan suka keluar rumah sendirian, sebab berbahaya bagi keselamatan dirinya.

“Tapi selalu saja kamu membandel. Sekarang rasain.” Malam itu ia kembali ke Medan dengan diantar oleh satu regu Brimob.

Peristiwa di atas terjadi ketika Pak Hoegeng – waktu itu masih AKBP – menjabat sebagai Kepala Reskrim Kantor Polisi Sumatra Utara di Medan dari permulaan 1956 – 1959.

Kehadirannya di daerah Sumatra Utara ketika itu memanaskan pantat para “gembong” di daerah-daerah itu karena tindakan yang pertama-tama dilakukan Kepala Reskrim ini adalah memberantas perjudian, pemerasan, dan penyelundupan.

Kota pantai Teluknibung masa itu adalah basis smokel yang sangat kukuh. Maka tak heran kalau selama tugasnya di sana Pak Hoegeng dibenci “orang”.

Tak hanya sekali itu Pak Hoegeng terancam jiwanya waktu di Medan.

Sekali akan diculik, bersama beberapa tokoh lain yang “tak disukai di daerah itu”.

Tapi setelah umpet-umpetan selama beberapa jam dengan para penculik itu ia berhasil selamat.

Rumah Pak Hoegeng bukan sebuah gedung besar kokoh berpagar kekar dengan rumah monyet dan seorang penjaga berbedil plus sebuah ruang besar tempat menunggu.

Rumah Panglima AKRI di Jalan Madura no. 8 itu hanya sebuah tempat tinggal mungil dengan pekarangan depan yang kecil tapi rapi terpelihara.

Pintu garasi yang berwarna merah menyala, menyambut setiap tamu yang datang dengan kesan keriangan. Sosok Komjen Pol. Drs. Hoegeng Iman Santosa, kecil gesit.

Sama sekali tidak kekar atau tegap seperti umumnya Panglima Angkatan yang lainnya. Di antara rekan-rekannya perawakan Pak Hoegeng ibarat sebuah sepeda di tengah-tengah beberapa buah truk.

Kegesitan “sepeda” ini kami saksikan sendiri bila melihat Pak Hoegeng menjadi inspektur upacara. Jika berjalan menuju mimbar, langkahnya pendek-pendek cepat, langsung, dan lurus seperti akan menabrak apa saja yang melintang di jalan.

Sumber: Grid.ID
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved