Gosip Artis
Jadi Sosok Perfeksionis, Sarwendah Tan Ngaku Sempat Takut dengan Sifatnya hingga Temui Psikolog
"Jadi aku tuh sampi nanya ke psikiater, ke psikolog. Bukan karena aku sakit, tapi karena aku pengin mengetahui diri aku lebih baik," ujar Sarwendah.
Sementara, seseorang yang berkepribadian perfeksionisme mungkin juga memiliki kebiasaan atau ritual yang mereka ikuti dengan kaku. Misalnya, rutinitas pagi tertentu atau cara mengatur meja tempar mereka bekerja.
Tetapi, mereka tidak melakukannya karena kecemasan.
"Mereka puas melakukan hal-hal itu karena itu bekerja dengan baik untuk mereka, bahkan jika itu membuat orang lain gila," kata Baskin.
Seseorang yang perfeksionis memiliki harapan tinggi untuk diri mereka sendiri dan orang lain.
Ciri kepribadian ini biasanya dikaitkan dengan cara pengaturan yang baik dan perilaku yang berorientasi pada tujuan.
Perfeksionisme yang sehat dapat mendorong sebagian orang untuk mencapai keunggulan.
Di sisi lain, standar tinggi ini juga dapat mendorong orang untuk menjadi sangat kritis terhadap diri sendiri dan orang lain. Baskin mengingatkan, kesempurnaan adalah "musuh" kebaikan.
“Ketika perfeksionisme menjadi problematis, individu itu sendiri biasanya adalah orang terakhir yang tahu,” kata dia.
Seseorang dengan perfeksionisme ekstrem dan tidak sehat mungkin juga mendapat manfaat dari psikoterapi.
"Tetapi orang-orang ini sering tidak mencari bantuan, karena mereka tidak berpikir ada sesuatu yang salah," kata Baskin.
Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya mempengaruhi kualitas hidup mereka. Namun, Baskin mengatakan perawatan yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas hidup mereka. (Tribunnewsbogor.com/Uyun)
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Gara-gara Punya Sifat Ini, Sarwendah Bongkar Pernah Datangi Psikolog: Takutnya Sedih atau Depresi