Jenderal TNI
Kisah Jenderal Bintang Tiga di TNI AD, Pernah jadi Pengaspal Jalan hingga Nenek Tertembak Tentara
Meski dinyatakan lulus, cita-citanya harus kandas karena orang tuanya tidak memiliki biaya untuk menyekolahkannya di sana.
Joppye takut memberitahu orang tuanya karena dilarang menjadi tentara.
Orang tua Joppye melarangnya karena pada saat ia kecil, neneknya tewas tertembak tentara ketika Indonesia masuk ke Papua di tahun-tahun awal kelahiranya, yakni pada 1962.
"Jadi saya takut kalau saya beritahu orang tua, ini pasti mereka protes."
"Orang tua saya tahu itu setelah lebih dari enam bulan," beber Joppye.
Tidak hanya itu, ia pun baru pulang ke kampung halamannya setelah delapan tahun sejak ia masuk AKABRI, dan setelahnya sempat ikut operasi di Timor Timur.
"Mungkin hampir sekitar 8 tahun saya tidak pulang," papar Joppye.
Begitulah awal perjalanan karier Jenderal bintang tiga asli Papua tersebut.
Joppye menjadi Jenderal bintang tiga setelah Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa menerima laporan korps kenaikan pangkat 70 orang Perwira Tinggi (Pati) TNI AD di Lantai Dasar Gedung E Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad), Jakarta, Jumat (22/5/2020) lalu.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Kolonel Inf Nefra Firdaus usai mengikuti acara tersebut mengatakan berdasarkan catatan, Joppye adalah orang asli Papua pertama yang berpangkat Jenderal bintang tiga.
"Dari catatan yang ada, Joppye Onesimus Wayangkau merupakan putra kelahiran Serui, Papua tanggal 17 Juli 1962, lulusan Akmil 1986."
"Orang pertama asli Papua yang berhasil menapaki karier menjadi Jenderal bintang tiga," kata Nefra dalam keterangan tertulis. (Gita Irawan)