Kasus Novel Baswedan
Muncul Kecurigaan Rekayasa Penyiraman Air Keras, Novel Baswedan Jelaskan Kenapa Wajahnya Tak Rusak
Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan membeberkan alasan wajahnya tidak terbakar meski tersiram air keras.
"Tapi karena lukanya-luka permukaan luka bakarnya luka permukaan maka dokter rekonstruksi wajah tidak melakukan tugasnya tapi dokter ahli luka bakar melakukan tugasnya," tutur Novel Baswedan.
"Saya kira penanganannya sudah sedemikian bagus dan alhamdulillah kembali. Apakah berarti kembali sembuh tidak pernah sakit?" kata dia.
Sebelumnya diberitakan, Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) bernama Dewi Tanjung menuding Novel Baswedan merekayasa peristiwa penyiraman air keras pada 11 April 2017.
Dewi pun melaporkan Novel ke Polisi atas tudingan rekayasa tersebut pada Rabu (6/11/2019).
"Ada beberapa hal janggal dari semua hal yang dialami, dari rekaman CCTV, bentuk luka, perban, dan kepala yang diperban. Tapi, tiba-tiba malah mata yang buta," kata Dewi di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, usai melapor.
Mirip Kasus Novel Baswedan, Wajah Wanita Ini Juga Disiram Air Keras
Suatu siang 10 tahun yang lalu, Ameneh Bahrami (26) baru pulang dari tempat kerjanya di Teheran.
Di tengah jalan dia dihadang oleh seorang pria muda.
Pria itu adalah seseorang yang dia kenal. Berkali-kali Ameneh menolak tawaran pria itu yang ingin menikahinya.
Namun pria itu tetap bersikeras dan bahkan, sehari sebelum menghadangnya di jalan, pria itu telah mengancamnya.
Sayangnya, Ameneh tidak tahu bahwa dia akan mengalami ancaman itu secara nyata.
"Dia memegang sebuah benda berwarna merah di tangannya," ujar Ameneh yang baru tahu kemudian itu adalah air keras, "Dia memandang kedua mataku dan melempar air keras ke wajahku."
Cairan zat asam yang mengguyur wajahnya itu tak hanya membuat kedua mata Ameneh buta dalam waktu 26 detik namun juga membuat wajahnya jadi tidak dikenali karena kerusakan yang disebabkannya.
Penyerangnya, Majid Movahedi adalah seorang pria yang usianya lima tahun lebih muda dari Ameneh. Dia juga pernah menjadi teman sekelas Ameneh di Universitas.
Setelah menyerang, Majid masih berada di sekitar Ameneh yang berteriak meminta pertolongan dan dikerumuni banyak orang.