Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Dunia Hadapi Resiko Kelaparan, Rapuhnya Sistem Pangan Global Bisa Jadi Penyebab

Laporan PBB minggu ini mengatakan, jika dunia tidak segera bertindak, pandemi Covid-19 dapat menyebabkan darurat pangan global.

Editor: Ventrico Nonutu
NET
Ilustrasi panen padi. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Di tengah pandemi Covid-19, dunia kini terancam kelaparan.

Jika dunia tidak segera bertindak, pandemi Covid-19 dapat menyebabkan darurat pangan global.

Hal ini merupakan laporan PBB minggu ini yang juga menyebutkan dengan "tingkat keparahan dan skala yang tidak terlihat dalam lebih dari setengah abad."

Jumlah makanan di dunia memang cukup, tetapi tidak semua orang mampu membelinya. Di beberapa daerah di Afrika Timur, yang belakangan ini diserbu segerombolan hama belalang dan mengalami cuaca ekstrem, sejumlah besar orang telah kehilangan mata pencarian dan rentan kelaparan, kata Maximo Torero, kepala ekonom Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, FAO. "Masalahnya adalah akses yang sangat buruk kepada bahan pangan."

Selain itu, kebijakan penguncian yang diterapkan berbagai negara di awal masa pandemi telah mengejutkan sistem pangan global. Jutaan ton tanaman terpaksa dibiarkan membusuk di ladang karena negara-negara menutup perbatasan, para petani serta pekerja pemanen musiman tidak bisa bekerja karena harus tetap tinggal di rumah. Pasokan pangan global saat ini memang telah stabil, namun rantai pasokan di beberapa negara masih belum pulih.

Pengiriman uang ke negara berkembang berkurang

Seiring dilonggarkannya kebijakan penguncian, ada krisis lain yang lebih jelas terlihat. Terpuruknya ekonomi akibat pandemi ini mendorong puluhan juta orang terperosok ke dalam jurang kemiskinan yang lebih dalam dan bencana kelaparan.

Berdasarkan laporan badan moneter internasional, IMF, ekonomi global tahun ini diperkirakan menyusut sekitar 3 persen. Bank Dunia juga mengatakan bahwa pengiriman uang oleh para pekerja di luar negeri untuk keluarga mereka di rumah juga telah berkurang sebesar 20 persen.

Berhubung pandemi ini telah memukul negara-negara kaya dengan sangat parah, para ahli pun khawatir aliran dana yang diharapkan dapat mencegah krisis pangan di negara-negara miskin, mungkin juga akan berkurang. Dengan demikian, negara-negara di seluruh Afrika dan sebagian Asia harus berjuang lebih keras untuk membiayai paket stimulus guna merangsang perekonomian mereka.

Krisis keuangan global pada 2008 "tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang kita hadapi sekarang ini," kata Torero. "Seluruh dunia dalam keadaan resesi, jadi guncangan akan terasa brutal."

Rapuhnya sistem pangan global

Pada bulan April 2020, Program Pangan Dunia memperkirakan bahwa jumlah orang kelaparan di dunia akan berlipat ganda pada tahun ini. Jumlahnya diperkirakan mencapai total 265 juta orang, atau dengan rasio lebih dari 3 orang dari tiap 100 orang di planet ini. Sebagian besar dari mereka yang menderita rawan pangan akut tinggal di negara-negara yang dilanda konflik, perubahan iklim, dan krisis ekonomi.

Bahkan jauh sebelum pandemi, sistem pangan global telah dinilai sangat rapuh. Dua pertiga hasil panen di seluruh dunia diperoleh dari hanya menanam sekitar sembilan spesies tanaman. Selain itu, ada pula ancaman erosi tanah, kenaikan suhu, cuaca ekstrem, dan penyakit.

Sepuluh negara dengan krisis pangan terburuk tahun lalu yaitu Yaman, Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, Venezuela, Ethiopia, Sudan Selatan, Suriah, Sudan, Nigeria, dan Haiti berjuang menghadapi konflik dan kerusuhan politik.

Sementara India yang merupakan pengekspor utama beras, susu, dan kacang-kacangan di dunia, telah dilanda kekeringan dan banjir, erosi juga telah menggerogoti kesuburan 7,5 persen tanah pertanian di negara itu. Kini, India menghadapi serangan hama wereng terburuk dalam 30 tahun, rantai pasokan pangan pun terganggu oleh pandemi.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved