News
Korea Utara: Pasukan Militer Kami Akan Terus Ditingkatkan untuk Atasi Ancaman Amerika Serikat
Kabarnya kebijakan Amerika Serikat (AS) membuktikan Washington tetap menjadi ancaman jangka panjang bagi Korea Utara dan rakyatnya.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kabarnya kebijakan Amerika Serikat (AS) membuktikan Washington tetap menjadi ancaman jangka panjang bagi Korea Utara dan rakyatnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Ri Son Gwo.
Bahkan, Ri mengungkapkan, Korea Utara akan terus membangun pasukan militernya untuk mengatasi ancaman dari AS.
• Ladang Seluas 8 Hektar Ditanami Ganja Ditemukan di Kabupaten Mandailing Natal
• HEBOH Bom Meledak di Masjid pada Saat Shalat Jumat dan Menewaskan 4 Orang di Afghanistan
• KABAR BAIK Obat untuk Menghambat Perkembangan Covid-19 Berhasil Dibuat BIN dan Unair

Ri menyebut nama negaranya dengan Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK).
Dalam sebuah pernyataan panjang yang Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) lansir, Ri menyatakan, sementara orang-orang di kedua negara menginginkan perdamaian, Washington "bersikeras hanya memperburuk situasi".
"Apa yang menonjol adalah harapan untuk meningkatkan hubungan DPRK-AS yang tinggi di udara, di bawah sorotan global dua tahun lalu, kini telah bergeser ke dalam keputusasaan yang ditandai dengan kemunduran yang semakin meningkat," kata Ri.
"Bahkan, sinar tipis optimisme untuk perdamaian dan kemakmuran di Semenanjung Korea telah memudar menjadi mimpi buruk yang gelap," ujarnya seperti dikutip Reuters dari KCNA.
Dia menuduh AS menggunakan klaimnya ingin meningkatkan hubungan untuk menutupi keinginan untuk "perubahan rezim", dan Presiden Donald Trump secara khusus tidak menawarkan Pyongyang sesuatu yang substansial.
"Kami tidak akan pernah lagi memberikan kepala eksekutif AS paket lain yang akan digunakan untuk pencapaian tanpa menerima pengembalian apa pun.
Tidak ada yang lebih munafik daripada janji kosong," tegas Ri.
Pada Kamis (11/6), Korea Utara mengkritik AS karena mengomentari masalah antar-Korea.
Dan mengatakan, Washington harus tetap diam jika ingin Pemilihan Presiden AS mendatang berjalan lancar.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada kantor berita Yonhap, AS tetap berkomitmen untuk berdialog dengan Korea Utara, dan terbuka untuk "pendekatan yang fleksibel untuk mencapai kesepakatan yang seimbang".
Ri menyebutkan, keinginan Korea Utara untuk membuka era kerjasama baru berjalan sedalam sebelumnya, tetapi situasi di Semenanjung Korea setiap hari semakin memburuk.
"AS mengaku sebagai advokat untuk meningkatkan hubungan dengan DPRK, tetapi pada kenyataannya, sangat bergantung pada hanya memperburuk situasi," kata Ri.

Korea Utara Peringatkan AS Tidak Ikut Campur
Korea Utara memperingatkan Washington pada Kamis (11/6/2020) yang ikut mengkritisi keputusannya memutus saluran komunikasi dengan Seoul.
Dilansir AFP, Pyongyang memperingatkan Washington agar tidak ikut campur dalam hubungan Korea Utara- Korea Selatan jika ingin pemilu presiden AS berjalan lancar.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan kantor berita KCNA, seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengecam sikap AS yang kerap 'merugikan pihak Korut dari belakang' sebagai sikap yang 'menjijikkan'.
Washington diperingatkan untuk 'tidak bicara dan ikut campur lebih dahulu dalam hubungan internal antar Korea' ungkap Kwon Jong Gun, Direktur Jenderal dari Departemen Humas AS jika ingin menghindari ketegangan dan memastikan kelancaran pemilu presiden AS pada November mendatang.
Ancaman implisit itu disampaikan satu hari sebelum peringatan dua tahun pertemuan antara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Singapura, di mana dua pemimpin itu bertatap dan berjabat tangan untuk pertama kalinya.
Negosiasi tentang program nuklir Korea Utara telah menemui jalan buntu sejak gagalnya pertemuan kedua Trump dan Kim di Hanoi tahun lalu.
Pakar analis menyebutkan pihak Pyongyang tidak mengambil langkah-langkah substantif untuk menyerahkan senjata tapi kebuntuan itu membuat mereka frustrasi atas kurangnya konsesi.
Ditambah dengan adanya aktivitas pembelot dan aktivis di perbatasan Korea Selatan-Korea Utara yang menyebar pesan propaganda anti-Kim atau anti Pyongyang.
Hal itu mengubah kemarahan Pyongyang terhadap Seoul daripada Washington, dengan sikap Korut yang melakukan serangkaian tes senjata dalam beberapa bulan terakhir.
Sejak pekan lalu, hal itu telah menjadi serangkaian isu pedas dengan Korea Selatan dan pada Selasa kemarin pihak Korea Utara mengumumkan pemutusan semua saluran komunikasinya dengan tetangganya itu.
Keputusan itu direspons oleh AS sebagai keputusan yang 'mengecewakan'. Seoul dan Washington sendiri memang merupakan sekutu dalam keamanan dan AS sendiri menempatkan 28.500 tentaranya di perbatasan Korea Selatan untuk melindungi negara itu dari tetangganya.
Pyongyang dikenai beberapa sanksi dari Dewan Keamanan PBB atas program senjata yang dilarang tapi justru malah melakukan serangan uji senjata pada beberapa bulan terakhir.
Uji senjata Pyongyang dikatakan pihak mereka sendiri sebagai sistem peluncuran roket ganda meski Jepang dan AS menyebut senjata itu sebagai rudal balistik.
• Ladang Seluas 8 Hektar Ditanami Ganja Ditemukan di Kabupaten Mandailing Natal
• HEBOH Bom Meledak di Masjid pada Saat Shalat Jumat dan Menewaskan 4 Orang di Afghanistan
• KABAR BAIK Obat untuk Menghambat Perkembangan Covid-19 Berhasil Dibuat BIN dan Unair
Artikel ini telah tayang di kontan.co.id dengan judul " Korea Utara: Kami terus bangun pasukan militer untuk atasi ancaman Amerika " dan di kompas.com dengan judul " Jika Ingin Pilpres Lancar, Korea Utara Peringatkan AS Tidak Ikut Campur "