Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tak Ada Lagi Orang ke Mal Sekadar Cuci Mata

Sejumlah mal dan pusat perbelanjaan, khususnya di DKI Jakarta, bakal beroperasi kembali mulai 15 Juni nanti.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Freepik.com
Ilustrasi Pembukaan Fasilitas Publik Mal Beroperasi Kembali 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Sejumlah mal dan pusat perbelanjaan, khususnya di DKI Jakarta, bakal beroperasi kembali mulai 15 Juni nanti. Pembukaan pusat-pusat perbelanjaan itu seiring dengan kebijakan penerapan PSBB transisi yang diputuskan oleh Gubernur DKI, Anies Baswedan. Sebelumnya sejumlah mal di Jabodetabek ditutup sejak 23 Maret seiring mewabahnya pandemi Covid-19.

Pemerintah Tetap Batalkan Pemberangkatan Haji 2020

Namun meski diizinkan beroperasi kembali mulai 15 Juni 2020, para pengelola pusat perbelanjaan pesimistis mal akan kembali ramai seperti dulu. Sebab, daya beli masyarakat saat ini masih belum pulih.

"Apakah semua orang akan ramai-ramai datang ke mal? Menurut saya tidak akan terjadi. Walau orang rindu datang ke mal, tapi ada hal-hal lain yang harus mereka pertimbangkan," kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Stefanus Ridwan dalam diskusi sektor ritel yang digelar MarkPlus, Inc, Selasa (9/6).

Salah satu pertimbangannya adalah pemenuhan kebutuhan pokok. Menurut Stefanus, selama pandemi Covid-19 belum berakhir, masyarakat akan lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pokok. Karena itu pusat-pusat perbelanjaan di masa transisi hanya akan dikunjungi oleh sedikit orang. "Mereka (pengunjung mal) perlu waktu dapat uang lebih banyak," tuturnya.

Selain faktor daya beli, pengunjung mal kini juga lebih selektif terhadap informasi protokol kesehatan. Masih banyak masyarakat yang khawatir mengunjungi pusat-pusat keramaian meski PSBB telah dilonggarkan.

Karena itu Stefanus meyakini eksistensi pengunjung mal yang hanya sekadar cuci mata akan turun drastis. "Perilaku dan gaya hidup pelanggan akan berbeda. Tidak ada lagi orang datang ke mal hanya untuk jalan-jalan. Kalau dulu cuma mau cuci mata itu paling banyak, terus hanya ngadem-ngadem, nggak bakalan ada lagi yang begitu," kata Stefanus.

Karena itu menurut Stefanus, kekhawatiran pusat perbelanjaan akan menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 kecil kemungkinannya akan terjadi. Alasannya, tidak semua masyarakat akan berkunjung ke mal jika tidak ada tujuan membeli barang atau makan di restoran dan lainnya.

Wajar Presiden Menuai Kritik: Kebebasan Akademik di Kampus Menurun

"Jadi ada pertanyaan kalau mal dibuka 15 Juni, orang nanti akan berbondong-bondong datang, kemudian kasus Covid-19 meningkat lagi. Saya kira itu tidak akan terjadi. Sebab orang akan punya banyak pertimbangan ke mal. Mereka (pelanggan) akan datang dengan tujuannya lalu setelah selesai akan cepat-cepat pulang ke rumah," tambahnya.

Meski demikian, secara perlahan Stefanus meyakini jumlah pengunjung mal akan meningkat. Hal itu seperti yang terjadi di pusat-pusat perbelanjaan di China. "Pengalaman di China mulai 10 persen dan merangkak naik pelan-pelan," ujarnya.

Metode Touchless

Di sisi lain, Stefanus mengatakan karyawan dan seluruh mitra pusat perbelanjaan saat ini masih perlu waktu dalam beradaptasi dengan tatanan kenormalan baru.  Stefanus pun meminta para pengelola pusat perbelanjaan untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan demi mencegah virus corona.

Ia mengatakan, saat ini memang ada rasa kangen masyarakat untuk datang ke mal. Namun, masih ada yang khawatir dibukanya mal bisa membuat banyak pengunjung terpapar corona. “Ada kekhawatiran orang wah jangan-jangan wabahnya nanti meledak lagi. Nah untuk itu kita dan semua retailer menerapkan metode kalau bisa touchless ya touchless. Jadi tak usah menyentuh, itu menurunkan risiko,” kata Stefanus.

Stefanus mengharapkan adanya kerja sama yang baik dari para pengunjung terkait dengan uang pembayaran yang digunakan. “Pembayaran juga begitu harus dilakukan kalau bisa pakai digital,” ujar Stefanus. 

Tahun Ajaran Baru Tetap Juli: Pembelajaran Jarak Jauh Masih Dipertahankan

Ia menegaskan, perlindungan dari virus corona baik kepada penjual dan pengunjung harus diutamakan saat mal mulai beroperasi. Sehingga protokol seperti jaga jarak harus sudah disiapkan oleh pengelola mal. Ia mencontohkan sarana dan prasarana seperti lift dan eskalator harus ditandai terkait jaga jarak. Stefanus menganggap petugas mal juga harus bisa menyesuaikan dengan keadaan yang ada.

“Kalau kita tahu dulu cleaning service hanya pembersihan sekarang sudah berubah ia jadi petugas untuk mensanitasi semuanya. Security juga gitu dia sekarang bisa jadi orang yang memastikan semua protokol kesehatan itu dilaksanakan dengan baik oleh semua baik pengelola retailer atau pengunjung,” ujar Stefanus. (tribun network/rey/dod)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved