Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

NEWS

Amerika dan China 'Memanas', Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Berpotensi Menguat Hari Ini

Ketegangan Amerika Serikat (AS) dan China kembali berpotensi juga mendorong sentimen positif hari ini.

Editor: Rhendi Umar
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Teller sebuah bank di Jakarta Selatan menghitung uang rupiah di atas dollar Amerika Serikat, Jumat (24/1/2014). 

TRIBUNMANADO.CO.ID -  Ketegangan Amerika Serikat (AS) dan China kembali berpotensi juga mendorong sentimen positif hari ini.

Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kemungkinan masih berpotensi menguat hari ini dengan sentimen positif tersebut.

"Potensi menuju level support di Rp 13.700. Dengan potensi resisten di kisaran Rp 14.000," ujarnya di Jakarta, Senin (8/6/2020).

Pegawai menunjukan uang dolar Amerika Serikat dan rupiah di gerai penukaran uang Ayu Masagung di Jalan Kramat Kwitang, Senen, Jakarta Pusat.

Sementara itu, Ariston menjelaskan, hari ini kemungkinan sentimen positif dari AS masih akan mendorong penguatan aset-aset berisiko.

"Data tenaga kerja AS, nonfarm payrolls (NFP) dan tingkat pengangguran bulan Mei, yang dirilis Jumat malam, yang hasilnya di luar dugaan lebih bagus dari proyeksi, menjadi faktor pemicu baru pembelian aset-aset berisiko," katanya.

Data NFP bulan Mei menunjukkan penambahan jumlah orang yang dipekerjakan di luar sektor pertanian dan pemerintahan sebesar 2,5 juta orang.

Padahal, sebelumnya para analis memperkirakan terjadi pengurangan sebesar 7,7 juta, sehingga tingkat pengangguran pun turun menjadi 13,3 persen dari sebelumnya 14,7 persen.

"Data tenaga kerja AS yang lebih baik ini karena kebijakan AS yang sudah mulai membuka perekonomiannya meskipun masih terkena wabah. Pasar pun masih berekspektasi positif terhadap upaya pembukaan ekonomi di negara-negara pandemi yang lain," pungkasnya.

Aliansi Anti-China

Hubungan China dengan negara-negara Barat semakin memanas dan meningkatkan konfrontasi ke tingkat yang baru, hal ini dipicu sejumlah masalah terkait keamanan dan ekonomi.

Sebuah koalisi gabungan anggota parlemen dari delapan negara telah memprakarsai dibentuknya aliansi lintas parlementer baru.

Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (8/6/2020), aliansi ini dibentuk untuk menantang ancaman yang ditimbulkan oleh semakin besarnya pengaruh China akhir-akhir ini.

Kelompok yang dinamakan Aliansi Antar-Parlemen untuk China yang terdiri dari Inggris, Jepang, Kanada, Norwegia, Swedia, Jerman, Australia, Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) itu berpendapat bahwa kerja sama internasional ini memang sangat diperlukan.

Ini dilakukan untuk memerangi apa yang mereka sebut sebagai ancaman terhadap nilai-nilai demokrasi yang ditunjukkan oleh China.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved