Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Update Virus Corona Indonesia

Terlalu Mahal, Sopir Truk Tekor Jalani Rapid Test, Keluarkan Rp 600.000

Jesman Mbuilima, salah satu sopir truk ekspedisi mengatakan, dalam sepekan harus mengeluarkan uang Rp 600.000 untuk biaya rapid test.

Editor: Rizali Posumah
alpen martinus/tribun manado
Ilustrasi rapid test massal. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Mahalnya biaya rapid test dikeluhkan sejumlah sopir pengangkut logistik antar pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Jesman Mbuilima, salah satu sopir truk ekspedisi mengatakan, dalam sepekan harus mengeluarkan uang Rp 600.000 untuk biaya rapid test.

"Dalam seminggu itu dua kali rapid test, karena sekali rapid test itu Rp 300.000," ujar Jesman saat ditemui sejumlah wartawan di Pelabuhan Penyeberangan Bolok, Desa Bolok, Kecamatan Kupang Barat, Jumat (5/6/2020).

Menurut Jesman, rata-rata sopir ekspedisi menyeberang dengan kapal feri dari Kupang ke Pulau Rote sebanyak dua kali dalam sepekan.

Sedangkan masa berlaku rapid test hanya tiga hari.

Hal senada disampaikan sopir truk ekspedisi lainnya, Mario Benggu dan Ronald Bobby.

Keduanya menjelaskan bahwa rapid test bagi penumpang kapal hanya berlaku di wilayah Kota Kupang.

Sedangkan, di Pelabuhan Penyeberangan Pantai Baru di Pulau Rote, tidak ada kewajiban membawa surat non-reaktif rapid test.

“Di Rote hanya membawa surat keterangan sehat dari puskesmas, hanya berlaku satu kali jalan dan gratis,” ungkap Mario.

Biaya sekali rapid test mencapai Rp 300.000, sangat mahal dan tidak sebanding dengan uang saku yang didapatkannya yakni Rp 250.000.

Dia dan sopir lainnya berharap pemerintah daerah memperpanjang masa berlaku rapid test dari tiga hari menjadi sepekan.

Dihubungi terpisah, Kepala Perwakilan Ombudsman RI Provinsi NTT, Darius Beda Daton telah mengetahui keluhan para sopir.

"Iya betul, dari sopir truk yang mau ke Rote dan beberapa warga lainnya mengaku biaya rapid test yang mahal," ungkap Darius.

Bahkan ada kasus di mana rapid test belum selesai, tetapi kapalnya sudah berangkat.

Para sopir dan warga lalu meminta kembali uang di laboratorium tempat mereka diperiksa. Namun, uang belum juga dikembalikan.

Darius mengatakakan, baru saja memeriksa salah satu perusahaan farmasi. Dijelaskan bahwa satu pak alat rapid test berisi 25 kit seharga Rp 3.750.000.

Sehingga harga satu kit sekitar Rp 165.000, ditambah biaya dokter dan pemeriksaannya menjadi Rp 250.000 hingga Rp 350.000.

Darius berharap ada kebijakan yang sama untuk provinsi dan kabupaten serta kota se-NTT, agar warga yang hendak bepergian tidak bingung dan terbebani.

Selain itu diharapkan ada kebijakan memperpanjang masa berlaku rapid test mengingat alasan kondisi geografis, kelancaran transportasi, dan sebagainya.

"Karena pelayaran kita masih tidak tentu. Ada yang sudah urus dan kapal tunda berangkat serta lewat tiga hari maka wajib urus baru lagi," ujar dia.

Sekum P/KB GMIM Ajak Ikut Seminar Hapsa P/KB, Topik: P/KB GMIM Dalam Tatanan Era Normal Baru

Ronny Bugis Ternyata Aktif di Gereja, Akui Menyesal Ikut-ikutan Aksi Menyerang Novel Baswedan

Aplikasi Ini Mampu Kumpulkan 3.000 Alumni, Hanya Dalam 5 Hari Bahkan yang Ada Diluar Negeri

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sopir Truk Tekor Keluarkan Rp 600.000 Sepekan untuk Rapid Test, Terlalu Mahal".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved