Kematian George Floyd
'Rasisme Membunuh Pasienku', Tenaga Medis Covid-19 Ikut Demo Bela George Floyd: Lawan Virus Rasisme
Mereka memegang pamflet bertuliskan, "Perawatan kesehatan untuk semua" dan "Rasisme membunuh pasienku."
TRIBUNMANADO.CO.ID - Ratusan tenaga medis di New York, Amerika Serikat, yang memerangi pandemi virus corona atau Covid-19 ikut menyatakan dukungan dalam aksi ujuk rasa memprotes kematian warga Afrika-Amerika, George Floyd.
Dengan tampilan memakai masker, pakaian dinas rumah sakit dan peralatan pelindung pribadi lainnya, sekitar seratus-sesuatu pekerja medis berjalan keluar dari Rumah Sakit Manhattan Bellevue pada Kamis (4/6/2020) untuk menunjukkan dukungan terhadap aksi menentang rasisme struktural di Amerika.
Mereka memegang pamflet bertuliskan, "Perawatan kesehatan untuk semua" dan "Rasisme membunuh pasienku."
Tenaga media berlutut diam selama delapan menit 46 detik-lamanya waktu seorang petugas polisi kulit putih di Minneapolis menekan lututnya di leher Floyd, sebelum pria kulit hitam itu meregang nyawa.
"Kami mengambil sumpah untuk melayani semua masyarakat, kami mengambil sumpah untuk melindungi kesehatan masyarakat dan sekarang berlebihan penggunaan kekuatan dan kebrutalan polisi adalah keadaan darurat kesehatan masyarakat," kata Kamini Doobay.
Doobay, seorang dokter IGD di RS Bellevue, kordinator aksi protes Kamis (4/6/2020).

Aksi damai tenaga media ini melibatkan enam rumah sakit di New York.
"Sebagai tenaga medis profesional saat ini berjuang melawan Covid-19, saya juga terus melawan virus rasisme," tegas Billy Jean, seorang perawat kulit hitam, saat menyampaikan orasinya.
Epidemi virus corona, yang menewaskan sekitar 21.000 penduduk kota New York, hanya sedikit menjangkiti komunitas minoritas, termasuk keturunan Afrika Amerika.
Hampir 23 persen dari mereka yang telah meninggal di seluruh Amerika Serikat adalah warga kulit hitam, menurut angka resmi, seperti dilansir AFP.
Populasi warga kulit hitam hanya 13,4 persen dari penduduk Amerika.

Di New York, laju meninggal para anggota komunitas kulit hitam dua kali banyak dibanding orang kulit putih.
Tenaga kesehatan profesional melihat masih terdapat kurangnya perawatan kesehatan universal.
Artinya kelompok kurang mampu tidak menerima perawatan yang tersedia untuk mereka yang lebih kaya.
Dokter berusia 28 tahun Damilola Idowu mengatakan, masih terjadi tidak proporsionalnya perawatan medis terhadap mereka yang sekarat karena penyakit kronis yang berasal dari komunitas kulit hitam.