Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kerusuhan di Amerika Serikat

Soroti Rasisme Pemicu Kerusuhan AS, PBB: Tak Ada Keraguan Tentang Apa atau Siapa 'Dibalik' Aksi Ini

Aksi demonstrasi yang kerap berujung kerusuhan dengan kekerasan, jelas menunjukkan kemarahan warga AS yang telah mencapai puncaknya.

Editor:
(AFP/Chandan Khanna)
Polisi menembakkan peluru karet dan gas air mata ke arah demonstran saat warga melakukan aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. Meninggalnya George Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat. AFP/Chandan Khanna 

TRIBUNMANADO.CO.ID, NEW YORK - Hingga saat ini Negara Amerika Serikat (AS) masih jadi sorotan.

Bahkan, tindakan rasisme struktural dan ketidaksetaraan mencolok yang selama ini terjadi di Amerika Serikat (AS) jadi perbincangan hangat saat ini.

Hal itu disebut menjadi akar dari protes besar-besaran yang berlangsung saat ini di negara tersebut.

Seperti yang disampaikan Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia (HAM) Michelle Bachelet.

Ia juga menilai bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan reformasi yang memiliki jangkauan luas.

Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (4/6/2020), protes terkait kematian George Floyd, seorang warga keturunan Afrika-Amerika yang tewas akibat penganiayaan oleh seorang polisi di Minneapolis, telah mencapai proporsi yang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian Dewan HAM PBB.

Pengunjukrasa berkumpul di sekitar toko minuman keras yang terbakar di dekat Kantor Polisi di Minneapolis, Minnesota, Kamis (28/5/2020). Amerika Serikat dilanda kerusuhan hebat, pasca meninggalnya George Floyd akibat kehabisan nafas, setelah lehernya ditindih seorang petugas Polisi Minneapolis dalam sebuah penangkapan.
Pengunjukrasa berkumpul di sekitar toko minuman keras yang terbakar di dekat Kantor Polisi di Minneapolis, Minnesota, Kamis (28/5/2020). Amerika Serikat dilanda kerusuhan hebat, pasca meninggalnya George Floyd akibat kehabisan nafas, setelah lehernya ditindih seorang petugas Polisi Minneapolis dalam sebuah penangkapan. ((AFP/KEREM YUCEL))

Bachelet mengatakan bahwa aksi demonstrasi yang kerap berujung kerusuhan dengan kekerasan, jelas menunjukkan kemarahan warga AS yang telah mencapai puncaknya.

Selain itu, masalah ketidaksetaraan yang mengakar di Amerika juga tidak bisa diabaikan lagi.

"Suara-suara yang menyerukan diakhirinya pembunuhan terhadap orang-orang Afrika-Amerika yang tidak bersenjata, perlu didengar. Suara-suara yang menyerukan diakhirinya kekerasan polisi perlu didengar. Dan suara-suara yang menyerukan diakhirinya rasisme endemik dan struktural yang merusak masyarakat AS perlu didengar," kata Bachelet, dalam sebuah pernyataannya.

Ia juga menampik tudingan bahwa semua upaya yang menggambarkan sikap simpati secara massal ini adalah agenda yang diam-diam dipicu beberapa kekuatan politik.

Sebelumnya, beberapa tokoh publik di AS mengklaim miliarder kontroversial, George Soros kemungkinan memiliki andil dalam perkembangan situasi panas di negeri paman sam.

"Tidak ada keraguan tentang apa atau siapa yang ada 'dibalik' aksi protes ini. Kami telah melihat ribuan pemrotes damai, dari berbagai latar belakang, turun ke jalan untuk menuntut hak-hak mereka dan menyerukan perubahan," tegas Bachelet.

Sebagai gantinya, Bachelet pun mendesak AS untuk mengambil pelajaran dari masa lalu dan mengakui masalah yang terjadi saat ini adalah karena adanya ketidaksetaraan yang mencolok antara warga kulit putih dan kulit hitam.

"Kemarahan yang kita lihat di AS, menunjukkan mengapa reformasi yang luas dan dialog inklusif diperlukan di sana. Ini untuk memutus siklus impunitas atas pembunuhan yang dilakukan oleh polisi dan bias rasial dalam institusi kepolisian," jelas Bachelet.

Bachelet memperingatkan bahwa diskriminasi di AS tidak hanya meracuni hubungan antar ras saja.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved