Muncul Klaster Baru Covid-19, Khofifah Sebut Karena Salat Tarawih di Masjid, Abaikan Jarak Sosial
Provinsi Jawa Timur menjadi wilayah kedua terbanyak yang memiliki kasus positif Covid-19 dengan jumlah total 4.922 pasien per Senin (1/6/2020) malam
TRIBUNMANADO.CO.ID - Ada klaster baru penyebaran Virus Corona (Covid-19) di Jawa Timur, demikian pernyataan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Khofifah menyampaikan itu dalam acara Kabar Siang di TvOne, Senin (1/6/2020), seperti dilansir TribunWow.com.
Seperti diketahui, Provinsi Jawa Timur menjadi wilayah kedua terbanyak yang memiliki kasus positif Covid-19 dengan jumlah total 4.922 pasien per Senin (1/6/2020) malam.

Khofifah mengungkapkan ada kemungkinan klaster baru dengan ditemukannya 31 kasus positif di Situbondo.
"Kita waktu itu menemukan titik di mana mereka melakukan salat tarawih dan tidak physical distancing dan rapid test," kata Khofifah Indar Parawansa.
Ia mengaku kaget saat mengetahui fakta munculnya klaster baru di wilayah tersebut.
"Ini kita dapatkan lagi yang kemarin dari Situbondo ini agak kaget. Meskipun saya sudah konfirmasi bahwa ini kemungkinan akan ada klaster baru," ungkap Khofifah.
"Kemarin keluar hasil PCR-nya, ada tambahan 31 kasus baru di Situbondo," jelasnya.
Berdasarkan hasil tracing, terungkap pasien adalah anggota jemaah salat tarawih di sebuah masjid.
Saat itu para jemaah tersebut tidak menerapkan jaga jarak sebagai bagian dari protokol kesehatan.
"Itu juga karena klaster di mana hasil tracing-nya mereka tidak dalam posisi physical distancing pada saat mereka ibadah salat tarawih," papar Khofifah.
"Yang terkonfirmasi awal mereka bekerja di rumah, lalu kemudian mereka mengikuti salat tarawih berjemaah di masjid," lanjutnya.
Dari jumlah hasil positif tersebut, ditetapkan daerah di Situbondo ini menjadi klaster baru.
"Setelah kemudian di-tracing lagi, beberapa jemaah di rapid test dan swab, akhirnya ketemulah yang positif tambahan baru di Situbondo 31," jelas Khofifah.
Melihat pertambahan jumlah yang signifikan itu, Khofifah menyebutkan langsung melakukan telaah.
Menurut Khofifah, perlu segera disiapkan rumah sakit untuk menampung para pasien.
Selain itu, ia menilai perlu disiapkan skema apabila rumah sakit di Situbondo dan Jember tidak mampu menampung pasien Covid-19.
"Hasil tracing kita lihat kembali untuk melakukan proses intervensi yang kira-kira paling efektif," katanya.
"Misalnya kita bisa melihat ketersediaan rumah sakit di Situbondo. Berarti kalau mereka positif, harus segera dibawa ke layanan terdekat," lanjut Khofifah.
"Kalau Jember tidak memungkinkan, harus dibawa ke Surabaya," tambahnya.
Lihat videonya mulai menit 1:30
Penjelasan Emil Dardak
Pada wawancara dengan Metro TV pada Jumat, Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak mengatakan bahwa sebagian besar pasien positif Virus Corona di daerahnya tanpa gejala sesak nafas.
Mulanya, Emil Dardak menjelaskan bahwa pihaknya sudah sering mengatakan bagaimana cara penanganan Virus Corona di Jatim.
"Sebenarnya sudah sering disampaikan, dari beberapa waktu yang lalu bahwa kita mengantisipasi kenaikan angka konfirmasi yang akan signifikan selama mungkin seminggu lebih dari sekarang ke belakang dan akan ke depan," ujar Emil Dardak dikutip dari channel YouTube Metrotvnews pada Sabtu (30/5/2020).
Ia menjelaskan bahwa Pemda Jatim telah meningkatkan kapasistas dalam pelacakan, pengecekan, dan penanganan pasien (Tracing, Testing dan Treating).
"Karena dilakukannya 3T yaitu Tracing, Testing dan Treating jadi di tiga hal, kita sama-sama melakukan peningkatan kapasitas, secara Tracing yang diterjunkan untuk melakukan penelusuran ditambah," ungkap dia.
Bahkan pengecekan dengan rapid test juga telah ditingkatkan.
"Secara testing kapasitas kita, jadi tracing ini banyak kaitannya dengan ketersediaan rapid testing juga yang sudah meningkat sangat signifikan."
"Testing ini kemudian kemampuan kita melakukan PCR atau swab dan treating mau dikemanakan pasiennya," ujar Emil.

Emil menjelaskan bahwa dari 700 pasien positif Virus Corona, rupanya sebagian besar merupakan pasien tanpa gejala sesak napas.
Sehingga, sebagian besar mereka juga tidak merasa terjangkit Covid-19.
"Sebagaimana kita ketahui dari survei yang dilakukan terhadap 700 lebih pasien yang confirm positif Covid-19 oleh tim kuratif yang ternyata memiliki gejala medis sesak nafas itu sekitar 24 persen."
"Artinya 76 persen kemungkinan besar ini tidak merasa gejala yang dianggap Covid karena mereka baru merasa Covid kalau sudah mulai ada gangguan napas," jelas Emil.
Akibatnya, kini Pemda Jatim harus membagi-bagi mana pasien yang harus segera dilakukan perawatan intensif.
"Jadi inilah kenapa kemudian dari hasil testing ini kita juga harus bisa mengklasifikan kepada pasien yang gejalanya sedang menuju ringan, atau bahkan ringan."
"Ini kalau kita akan melakukan segregasi yang sedang menuju ke berat, di mana sedang menuju ke berat itulah yang akan menjadi fokus rumah sakit rujukan yang memiliki kapasitas rawat intensif dibanding rumah sakit lapangan atau tambahan yang saat ini dioperasionalkan," ucapnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis/Mariah Gipty)
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Muncul Klaster Baru Jatim, Khofifah Ungkap Tak Jaga Jarak saat Salat Tarawih: Berjemaah di Masjid