Sam Ratulangi
Kisah Sam Ratulangi, Sosok Pahlawan yang Terlibat dalam Kelahiran Pancasila 1 Juni 1945
Nama lengkap Sam Ratulangi adalah Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, berasal dari Manado, Sulawesi Utara.
TRIBUNMANADO.CO.ID -- Kisah Pahlawan Nasional Sam Ratulangi terkenal dengan filsafat ‘Si tou timou tumou tou‘.
Sam Ratulangi merupakan seorang Pahlawan yang terlibat dalam Kelahiran Pancasila 1 Juni 1945.
Meskipun bukan sebagai penyusun naskahnya, keterlibatan Sam Ratulangi sangat berpengaruh.
Menurut informasi yang ada, Sam Ratulangi sebagai wakil dari daerah yang ikut diundang Soekarno pada waktu itu.
Nama lengkap Sam Ratulangi adalah Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, berasal dari Manado, Sulawesi Utara.
Beliau berjasa dalam pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sam Ratulangi merupakan sosok intelektual yang terkenal dengan filsafat ‘Si tou timou tumou tou‘ yang berarti ‘manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia’.
Menurut buku-buku yang mengulas mengenai profil dan biografi Sam Ratulangi, beliau dilahirkan di daerah Tondano wilayah Sulawesi Utara pada tanggal 5 November 1890.
Ayahnya bernama Jozias Ratulangi dan ibunya bernama Agustina Gerungan.
Semasa kecil, Sam Ratulangi memulai pendidikannya pada umur enam tahun di Europesche Lagere School yang merupakan sekolah dasar zaman Belanda di Tondano.
Tamat dari sana, Sam Ratulangi melanjutkan pendidikannya di Hoofden School yang setingkat SMA.
Di sini ia sering surat menyurat dengan sepupunya yang bersekolah di STOVIA di Batavia.
Semangat belajarnya yang tinggi membuat mendapat beasiswa dari pemerintah. Ia berangkat pada tahun 1904 ke Batavia (Jakarta).
Awalnya berminat masuk ke STOVIA namun urung dilakukannya setibanya di Batavia.
Ia lantas menyelesaikan pendidikannya tahun 1908 di Sekolah Teknik Koninginlijke Wilhelmina School di bagian mesin.
Tamat dari situ, Sam Ratulangi bekerja di pabrik kereta api di Bandung. Disana ia mengaplikasikan ilmu yang ia dapat dari sekolahnya. Namun ia diperlakukan tidak adil disana.
Upah yang ia terima lebih rendah hanya karena ia seorang pribumi meskipun jabatan yang ia duduki sama dengan para pegawai Belanda membuat Sam ratulangi kecewa.
