Virus Corona
Memanas, Presiden Taiwan Tolak Syarat 'Satu Negara, Dua Sistem', China Reunifikasi Harga Mati
Kabarnya pihak Taiwan tidak dapat menerima menjadi bagian dari China di bawah tawaran "satu negara, dua sistem".
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kabarnya pihak Taiwan tidak dapat menerima menjadi bagian dari China di bawah tawaran "satu negara, dua sistem".
Diketahui Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan tegas menolak klaim kedaulatan China atas Taiwan.
Terkait hal tersebut, kemudian China menjawab bahwa "reunifikasi" tidak bisa dihindari dan tidak akan pernah menolerir kemerdekaan Taiwan.
• Trump: Pembunuhan Massal, Kembali Menyalahkan China soal Virus Corona yang Tengah Melanda Dunia
• AS Jual Torpedo ke Taiwan Sebagai Sarana untuk Mempertahankan Pulau, China Murka
• Ahmad Dhani Ajak Masyarakat Agar Tidak Mudik saat Lebaran Nanti, Ikut Aturan Pemerintah Cegah Corona
Dalam pidatonya setelah dilantik untuk masa jabatan keduanya yang kedua dan terakhir, Tsai mengatakan hubungan antara Taiwan dan Cina telah mencapai titik balik historis.
"Kedua belah pihak memiliki kewajiban untuk menemukan cara hidup berdampingan dalam jangka panjang dan mencegah intensifikasi antagonisme dan perbedaan," katanya.
Tsai dan partai politiknya, Partai Progresif Demokratik memenangkan pemilihan presiden dan parlemen pada Januari 2020 lalu.
"Di sini, saya ingin mengulangi kata-kata 'perdamaian, paritas, demokrasi, dan dialog' ".
"Kami tidak akan menerima penawaran Beijing dengan 'satu negara, dua sistem'. Kami berdiri teguh dengan prinsip ini,” kata Tsai.
China menggunakan kebijakan "satu negara, dua sistem", yang menjamin otonomi tingkat tinggi, untuk menjalankan bekas koloni Inggris Hong Kong, yang kembali ke pemerintahan Cina pada tahun 1997.
China telah menawarkan hal serupa ke Taiwan, meskipun semua partai-partai besar Taiwan telah menolaknya.
Kantor Urusan Taiwan China, menanggapi Tsai mengatakan China akan tetap berpegang pada satu negara, dua sistem - dan tidak meninggalkan ruang untuk kegiatan separatis kemerdekaan Taiwan.
"Reunifikasi adalah suatu keniscayaan sejarah peremajaan besar bangsa China.
Kami memiliki kemauan kuat, keyakinan penuh, dan kemampuan yang memadai untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas wilayah," ujarnya.
Cina memandang Tsai sebagai separatis yang bertekad pada kemerdekaan formal untuk Taiwan.
Tsai mengatakan Taiwan adalah negara merdeka dan tidak ingin menjadi bagian dari Republik Rakyat Tiongkok yang diperintah oleh Beijing.
China telah meningkatkan latihan militernya di dekat Taiwan sejak pemilihan ulang Tsai, menerbangkan jet-jet tempur ke ruang udara pulau dan berlayar di kapal perang di sekitar Taiwan.
Tsai mengatakan, Taiwan telah melakukan upaya terbesar untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan yang memisahkan Taiwan dengan China.
"Kami akan melanjutkan upaya-upaya ini, dan kami bersedia untuk terlibat dalam dialog dengan China dan memberikan kontribusi yang lebih konkret untuk keamanan regional," tambahnya.
Taiwan telah menjadi sumber meningkatnya gesekan antara Cina dan Amerika Serikat (AS).
Pemerintahan Donald Trump sangat mendukung Taiwan bahkan tanpa adanya hubungan diplomatik formal.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengirim ucapan selamat ke Tsai pada Selasa.
Ia memuji keberanian dan visi Tsai dalam memimpin demokrasi Taiwan yang dinamis.
Kementerian Luar Negeri China mengutuk pernyataan Pompeo, dan mengatakan pemerintah China akan mengambil langkah-langkah penanggulangan yang diperlukan.

Sebelumnya Presiden Taiwan Ingin Berdialog dengan China, tapi tak terima syarat " satu negara, dua sistem "
Kabarnya dari Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, Taiwan menginginkan dialog dengan China tetapi tidak bisa menerima syarat "satu negara, dua sistem".
Terkait hal itu, Ia menyerukan kedua belah pihak menemukan cara untuk hidup berdampingan.
Keterangan dari pidatonya setelah pelantikan untuk masa jabatan keduanya dan terakhir, Rabu (20/5), Tsai menyatakan, hubungan antara Taiwan dan China telah mencapai titik balik historis.
"Kedua belah pihak memiliki kewajiban untuk menemukan cara untuk hidup berdampingan dalam jangka panjang dan mencegah intensifikasi antagonisme dan perbedaan," katanya seperti dikutip Reuters.
Tsai dan Partai Progresif Demokratik yang memenangkan pemilihan presiden dan parlemen pada Januari lalu dengan telak, bersumpah untuk menentang China, yang mengklaim Taiwan sebagai miliknya dan di bawah kendali Beijing.
"Di sini, saya ingin mengulangi kata-kata perdamaian, paritas, demokrasi, dan dialog".
"Kami tidak akan menerima penggunaan Beijing, satu negara, dua sistem untuk menurunkan peringkat Taiwan dan merusak status quo lintas-selat. Kami berdiril dengan prinsip ini," tegas Tsai.
China menggunakan kebijakan "satu negara, dua sistem", yang seharusnya menjamin tingkat otonomi yang tinggi, untuk memerintah Hong Kong, bekas kolini Inggris yang kembali ke Pemerintahan Tiongkok pada 1997.
China juga menawarkan kebijakannya tersebut ke Taiwan dan pernah mengatakan, akan membawanya di bawah kendali Beijing dengan kekuatan jika diperlukan.
Tapi, semua partai-partai besar di Taiwan telah menolaknya.
Tsai menyebutkan, Taiwan adalah negara merdeka yang dia sebut sebagai Republik China, dan tidak ingin menjadi bagian dari Republik Rakyat Tiongkok di bawah perintah Beijing.
China telah meningkatkan latihan militernya di dekat Taiwan sejak pemilihan presiden yang dimenangkan Tsai.
Tiongkok menerbangkan jet tempur ke ruang udara pulau itu dan kapal perangnya berlayar di sekitar Taiwan.
Tsai mengatakan, Taiwan telah melakukan upaya terbesar untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan yang sempit, yang memisahkan pulau demokrasi itu dari tetangganya yang otokratis, China.
"Kami akan melanjutkan upaya-upaya ini, dan kami bersedia untuk terlibat dalam dialog dengan China dan memberikan kontribusi yang lebih konkret untuk keamanan regional," ujarnya yang berpidato di taman bekas rumah gubernur Jepang di Taipei, di depan pejabat dan diplomat dengan menerapkan jarak sosial.
Tsai menyatakan, Taiwan akan terus berjuang untuk berpartisipasi dalam organisasi internasional, dan "meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat, Jepang, Eropa, dan negara-negara yang sepaham".
• AS Jual Torpedo ke Taiwan Sebagai Sarana untuk Mempertahankan Pulau, China Murka
• Trump: Pembunuhan Massal, Kembali Menyalahkan China soal Virus Corona yang Tengah Melanda Dunia
• Tantang Provokasi China, Kapal Induk AS Theodore Roosevelt Siap Berlayar Pekan Depan
• China Marah AS Harus Tanggung Konsekuensinya, Mike Pompeo Beri Selamat Kepada Presiden Taiwan
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul " Memanas, Taiwan tolak tawaran satu negara dua sistem, China: Reunifikasi harga mati "