Perbedaan Antara 'New Normal' dengan 'Herd Immunity' Menurut Para Ahli
Jika penduduk Indonesia dianggap sebanyak 270 juta, maka paling sedikit 189 juta harus terinfeksi untuk mendapatkan herd immunity.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Herd immunity merupakan keadaan saat sebagian besar kelompok atau populasi manusia kebal pada suatu penyakit sebab sudah pernah terpapar dan sembuh dari penyakit itu.
Istilah Herd Immunity mulai tidak asing di telinga publik sesudah adanya pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh Sars coV-2 yang melanda Indonesia dan sebagian besar negara di dunia.
Walau dinilai mampu menghambat tersebarnya virus, akan tetapi strategi ini bisa mengorbankan banyak orang dalam jumlah yang besar.
Jika penduduk Indonesia dianggap sebanyak 270 juta, maka paling sedikit 189 juta harus terinfeksi untuk mendapatkan herd immunity.
Selanjutnya, dari angka itu kemungkinan orang meninggal bisa mencapai angka satu juta orang.
Timbul spekulasi di masyarakat
Meski risiko penerapan herd immunity sangat tinggi, tapi sebagian masyarakat yakin jika strategi ini akan dipakai oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Permasalahan ini bisa dilihat di sosial media, satu di antaranya postingan warganet Twitter dengan akun @ekoce yang menuliskan:
"Dear pak @jokowi. Hampir 2 bulan pak saya terpaksa tutup warung ga ada penghasilan, kalo memang ujung2 e herd immunity, kampus2 cepet disuruh masuk aja pak. Mall2 buka lagi. Biar ekonomi muter lagi. Toh kebanyakan orang indonesia kan percaya hidup mati ditangan Tuhan."
Unggahan tersebut kemudian ditanggapi oleh akun @rizkyfirli_97 di kolom balasan:
"Ujungnya pasti herd immunity sih yakin gw. Namanya juga third world country"
Pemerintah sendiri juga sudah menyatakan jika mereka tidak memakai strategi herd immunity dalam penanganan Covid-19.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto.
"Pertanyaannya apakah kita pakai itu? Jawabannya tidak," ujar Yuri.

Kebijakan Pemerintah mengundang spekulasi