Tips Hadapi Virus Corona
Mengenal Terapi Plasma Konvalesen, Terapi yang Dianggap Bisa Jadi Alternatif Pengobatan Covid-19
Cara memberikannya seperti proses transfusi darah pada umumnya, tapi, muncul berbagai pertanyaan.
TRIBUNMANADO.CO.ID, KESEHATAN - Sejak masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020, virus corona (Covid-19) sudah menyerang puluhan ribu orang di Tanah Air.
Beberapa pasien dinyatakan sembuh, tetapi beberapa lainnya harus meninggal dunia.
Meski begitu, hingga kini pengobatan pasti dan resmi untuk virus ini masih belum ditemukana, apalagi vaksinnya.
Namun, ada satu teknik pengobatan yang kembali muncul dan dianggap sangat efektif mengobati pasien Covid-19 dan menjanjikan kesembuhan.
Namanya, terapi plasma konvalesen (TPK), sebuah teknik terapi pengobatan dengan memberikan plasma darah dari donor pasien Covid-19 yang telah sembuh kepada pasien yang masih dinyatakan positif Covid-19.
Cara memberikannya seperti proses transfusi darah pada umumnya, tapi, muncul berbagai pertanyaan.
Bagaimana cara kerjanya? Apakah terapi ini efektif? Adakah efek sampingnya?
Menurut dr. Th. Monica R., Sp.AN., KIC., Msi., terapi plasma merupakan salah satu alternatif dalam kondisi di mana terapi obat-obatan belum bisa memberikan kesembuhan yang pasti.
Atau belum ditemukannya vaksin aktif untuk pencegahan virus tertentu.
“Pada saat infeksi virus tersebut belum memiliki vaksin aktifnya, ya, terapi plasma darah konvalesen ini merupakan suatu pilihan yang memang logis untuk kondisi seperti ini,” ujar dr. Monica dalam Zoominar kesehatan bertajuk #berbagicerita Gridhealth x Intisari Talk pada Kamis (07/5/2020) lalu.
Bicara soal vaksin, ada dua jenis vaksin yang biasa kita kenal adalah vaksin aktif yang merupakan partikel virus atau virus covid yang dilemahkan kemudian dimasukkan ke dalam tubuh kita, setelahnya tubuh kita membentuk antibodi.
Sedangkan, TPK ini termasuk ke dalam vaksin pasif yang bisa jadi alternatif pengobatan sampai vaksin aktif ditemukan.
Dr. Monica menjelaskan begini. Saat terjadi infeksi, ada dua macam antibodi yang terbentuk, yakni antibodi M (IgM) dan antibodi G (IgG).
IgM timbul pada saat awal yang bergerak seperti pasukan gerak cepat untuk membunuh si virus dan mencapai puncaknya pada hari ke 7 dan 14 setelah infeksi.
Sedangkan, IgG timbul setelah IgM. Jadi, saat IgM mulai turun jumlahnya, di situlah IgG mulai naik.