Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Krisis Dunia

Selain Virus Corona, Ini 5 Krisis Besar Dunia: Perlombaan Senjata Nuklir hingga Perubahan Iklim

Perselisihan atas penarikan diri sepihak AS dari perjanjian nuklir Iran atau resmi disebut Joint Comprehensive Plan of Action-JCPOA akan memburuk.

Editor: Rizali Posumah
afp
Senjata Nuklir Rusia. 

Dapat disebut, ini akan mengakhiri semua kesempatan merealisasikan "solusi dua negara" - meskipun ada satu ketentuan dalam rencana perdamaian Donald Trump - memudarkan harapan banyak orang akan perdamaian abadi antara Israel dan Palestina.

Palestina sudah menyatakan ketidaksetujuannya secara tegas. Sejumlah pemerintahan di Eropa dan di wilayah lain mendesak untuk berhati-hati, dalam beberapa kasus juga telah memberikan pernyataan tentang sanksi potensial jika kebijakan ini berlanjut.

Seperti biasa, sikap pemerintahan Trump akan menjadi sangat penting. Apakah AS akan secara efektif memberikan lampu hijau atau akan merekomendasikan pembatasan?

Tampak jelas bahwa Netanyahu telah didukung oleh keputusan Presiden Trump yang menyetujui penguasaan Israel atas Dataran Tinggi Golan Suriah yang sudah diduduki serta untuk memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem.

Sikap AS saat ini ambigu, dengan saran bahwa AS akan mendukung aneksasi Israel di wilayah-wilayah Tepi Barat yang bersyarat namun juga setuju agar Israel bernegosiasi dengan negara Palestina.

Beberapa analis percaya bahwa setelah menggunakan isu aneksasi alias pencaplokan wilayah untuk memobilisasi dukungan nasionalis selama musim pemilu, Netanyahu mungkin akan menemukan beberapa cara untuk mundur.

Amerika mungkin akan membantu, karena tidak ada celah bahwa kaum nasionalis garis keras Israel ingin melihat negara Palestina dalam bentuk apapun.

Tapi ini akan menjadi periode yang sulit di masa yang akan datang.

Brexit masih membayangi

Brexit, istilah yang hampir dilupakan oleh sebagian besar dari kita.

Tetapi jam terus berdetak: periode transisi setelah kepergian Inggris dari Uni Eropa berakhir pada 31 Desember.

Pembicaraan mengenai syarat-syarat hubungan masa depan Inggris dan Uni Eropa telah dimulai dengan cara tentatif, tetapi tidak ada indikasi bahwa pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson bahkan merenungkan penundaan atau perpanjangan ke fase transisi.

Namun, pandemi Covid-19 telah mengubah seluruh konteks Brexit, paling tidak dengan memicu kemerosotan ekonomi yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih. Tampaknya hanya ada sedikit selera di Inggris untuk menghidupkan kembali perdebatan lama. Waktunya singkat.

Sementara tanggapan awal Uni Eropa terhadap krisis Covid-19 tidak disajikan dalam sudut pandang yang menguntungkan. Dan penanganan krisis corona oleh Inggris juga bukan contoh yang baik.

Kepergian Inggris dari UE akan membebani kedua belah pihak. Mungkin situasi itu akan menghasilkan pendekatan yang lebih konsensual dalam panduan hubungan masa depan keduanya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved