Tips Hadapi Virus Corona
Memunculkan The New Normal, Berikut Cara Adaptasi Setelah Pandemi Covid-19
Kebijakan PSBB telah mengubah kehidupan sehari-hari masyarakat, karena semua kegiatan yang tadinya dilakukan di luar rumah menjadi di rumah saja.
TRIBUNMANADO.CO.ID, KESEHATAN - Hingga kini pandemi virus corona (Covid-19) masih terus berlangsung secara global.
Pemerintah indonesia sendiri menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mengendalikan wabah ini.
PSBB ini tentu membatasi gerakan masyarakat karena sebagian kantor, sekolah, sampai tempat ibadah ditutup.
Selain itu, transportasi umum dibatasi, sampai adanya pelarangan mudik.
Kebijakan PSBB telah mengubah kehidupan sehari-hari masyarakat, karena semua kegiatan yang tadinya dilakukan di luar rumah menjadi di rumah saja.
Kita diharapkan dapat beradaptasi dengan situasi baru ini, meskipun secara psikologis tidak mudah.
Setiap orang akan berada dalam strata atau tahap psikologis yang berbeda-beda, bergantung pada ketahanan kita terhadap stres, latar belakang kesehatan mental, dampak disrupsi pandemi Covid-19 terhadap sosial ekonomi dan support system yang tersedia.
Pada umumnya, kita mengalami tiga tahap/strata kondisi perilaku, yaitu tahap disrupsi, tahap kebingungan dan ketidakpastian, yang berujung pada tahap penerimaan.
Berikut penjelasan mengenai masing-masing tahap/strata kondisi perilaku terhadap pandemi Covid-19, seperti yang dijelaskan oleh dr. Leonardi Goenawan, Sp.KJ melalui keterangan tertulis.
Dokter spesialis kedokteran jiwa yang berpraktik di RS Pondok Indah – Puri Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.
Tahap disrupsi
Menurut dr. Leonardi, spesialis kedokteran jiwa yang berpraktik di RS Pondok Indah - Puri Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, kita akan mengalami perubahan pola hidup, perubahan rutinitas sehari-hari, hilangnya kebebasan.
Hal ini disebabkan karena harus hidup dalam karantina atau di rumah saja dan tidak bepergian.
Berbagai informasi yang beredar membuat hidup semakin mencekam.
Tidak sedikit yang mengalami kecemasan tinggi karena khawatir tertular, sulit konsentrasi, yang kemudian diikuti oleh perubahan pola makan dan pola tidur.