Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ramadan 1441 Hijriah

Cerita Menjalankan Ibadah Puasa di Negara Lain, Tomy: Baru Buka Jam 8 Malam Subuh Jam 2 Pagi

"Kita subuh jam 2 pagi dan baru berbuka pada pukul jam 8 malam," kata Tomy.

Editor: Isvara Savitri
ISTIMEWA
Hartomy Akbar Basory mahasiswa Indonesia di Kazan Tatatarstan Rusia. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, KAZAN - Hartomy Akbar Basory (28) sudah dua tahun menetap di Kazan, Rusia.

Sudah dua kali pula ia menjalankan ibadah puasa di bulan ramadan jauh dari keluarga tercinta.

"Puasa di sini lebih lama dibanding di Tanah Air. Menjalankan puasa disini lamanya bisa 17 sampai 19 jam," ujar Tomy mengawali ceritanya kepada Tribun.

Baginya, yang istimewa pada bulan puasa kali ini adalah pemerintah Rusia juga sedang memberlakukan pembatasan untuk tidak ke luar rumah.

Kebijakan tersebut berkaitan dengan penyebaran virus corona (Covid-19).

Pusat respons krisis virus corona Rusia mencatat kasus infeksi Corona di Rusia mencapai 57.999 kasus.

Tomy mengatakan Rusia tak jauh bedanya dengan Indonesia dari jumlah penduduk yang banyak dan sama-sama memiliki ragam budaya.

Bedanya hanya ketika menjalanan puada di bulan Ramadan.

"Kita subuh jam 2 pagi dan baru berbuka pada pukul jam 8 malam," kata dia.

Kazan adalah salah satu kota di negara Rusia yang mayoritasnya berpenduduk muslim.

Kazan (800 km di tenggara Moskow), ibu kota Republik Tatarstan dan salah satu kota tertua di Rusia (didirikan pada 1005).

Selama bulan puasa tempat makan di sana pun tak jauh berbeda dengan di Indonesia. Mereka menutup jendela tempat makan dengan gorden atau kain penutup jendela.

"Seperti pujasera atau warung tetap buka tapi dikasih gorden, itu tahun lalu. Kalau untuk tahun ini mereka tetap buka tapi tidak boleh masuk ruangan," tutur Tomy.

Tomy juga bercerita jemaah dibatasi datang ke sejumlah masjid di Kazan, terutama saat pandemi corona. Hal itu dilakukan untuk pencegahan terjadinya penularan corona.

"Ke masjid dibatasi tidak sebebas tahun lalu," ujarnya.

Tahun lalu Tomy bisa berbuka di basement masjid.

Di Rusia, menurut dia, setiap bangunan memiliki basement. Setiap masjid ada basement karena budaya Rusia selain karena dingin.

"Tahun lalu setelah salat Maghrib takjilan kurma. Berbuka bersama, makan bareng, tapi cowok sama ceweknya dibedakan. Di meja sudah tersedia buah, sayur," kata dia.

Tomy adalah salah satu mahasiswa Universitas Federal Kazan, Rusia.

Keinginannya belajar di sana bermula karena keingintahuan. Dari menonton gala aksi yang mengidentikkan orang Rusia adalah mafioso.

"Waktu saya kecil saya melihat semua stereotype di film orang rusia selalu dikaitkan dengan mafia. Tapi masa iya tidak ada sisi baiknya? Dan selama pandemi corona ini aktivitas saya selain kuliah online, mengerjakan tugas online," katanya.

Tomy bercerita lagi, Rusia tak jauh bedanya dengan Indonesia dari jumlah penduduk yang banyak dan sama-sama memiliki ragam budaya.

Islam di Rusia merupakan agama terbesar kedua setelah agama mayoritas Kristen Ortodoks.

Populasinya sekitar 20 juta penduduk atau 14 persen dari sekitar 142 juta seluruh penduduk Rusia.

Tomy tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia (PPID).

Selama pandemi corona dan menjalani bulan puasa di sana, ia juga membuat acara donasi bersama PPID.

Selama di Kazan, ia bersama Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Rusia (Permira) Kazan Tim Divisi Kerohanian membuat kuliah tujuh menit (Kultum).(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Berpuasa di Benua Eropa: Tomy Puasa Hingga 18 Jam Lamanya, Subuh Jam 2 Pagi, Berbuka Jam 8 Malam.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved