Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ramadan 2020

'Toleransi Warga Australia', Cerita WNI Saat Menjalani Ramadhan di Negeri Kangguru

Perbedaan budaya, komunitas muslim dan kondisi negara menjadikan suasana Ramadhan dan berpuasa berbeda-beda.

(ABC Sydney/John Donegan)
Suasana setelah shalat subuh di masjid Lakemba, New South Wales, Australia. 

Toleransi

Meskipun hanya dua tahun di Australia, dia merasakan suasana berpuasa di Australia tidak kalah menyenangkan dengan di Indonesia.

Dia menyebutkan, mayoritas muslim di Australia berasal dari negara seperti Pakistan, Lebanon, Bangladesh dan negara-negara Timur Tengah lainnya.

"Lebih simpel dan euforia-nya tidak seperti di Indonesia. Idul Fitri biasanya kami cuti setengah hari. Pagi solat Id, habis itu balik kuliah atau kerja kerja lagi. Tapi satu hal yang luar biasa di Australia adalah toleransi," kata dia.

Dia menceritakan, tetangga flat tempat tinggalnya yang warga asli Australia kerap mengirimi makanan buatan sendiri selama bulan puasa.

"Native Australian itu baiknya minta ampun dan sangat toleran. Mereka tahu kalau pas bulan ramadan lalu papasan dengan muslimah berhijab, misalnya, pasti diucapin "Ramadan mubarak dear"," tuturnya.

Suasana dan keramahan itu yang membuatnya berkesan selama menjalani ibadah puasa di Australia.

Selain itu, council atau semacam bupati atau walikota juga datang ke masjid saat Idul Fitri untuk berpidato dan menyampaikan selamat.

Tanggapi Penyaluran Bantuan Sembako dan BLT Dampak Covid-19, Medy Lensun: Tidak Perlu Berpolemik

Suasana Ramadhan

Untuk salat tarawih, di Sydeny ada sejumlah masjid komunitas Arab, Pakistan, Bangladesh. Rakaat salatnya mayoritas 8 rakaat belum termasuk shalat witir.

Tak hanya itu, di setiap masjid pasti selalu ada kurma, air zamzam, roti dan makanan untuk tajil berbuka puasa.

Mengenai kuliner Ramadhan, di Sydney dekat tempat tinggalnya, ada satu suburb yang menjadi semacam pusatnya komunitas muslim di Australia, namanya Lakemba.

DI tempat itu ada semacam pasar Ramadhan hampir sebulan penuh.

"Suasana mirip Jogokaryan di Yogyakarta. Makanan khasnya yang pasti ada burger unta, sama kebab, sambosa, nasi mandi, nasi kebuli dan macam-macam hidangan daging ala Middle East," tutur dia.

Sejak pandemi virus corona, Ninda dan suami serta beberapa teman-teman WNI lainnya banyak yang pulang ke Indonesia beberapa bulan lalu.

"Hampir tiga bulan ini sudah di Jogja selama Covid-19, visa kami belum bisa diperpanjang soalnya karena pandemi ini," ungkapnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cerita WNI tentang Toleransi Warga Australia Saat Menjalani Ramadhan di Negeri Kangguru

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved