Ibadah Ramadan di Masa Pandemi Covid-19

Penulis: Dr Ahmad Rajafi MHI

Wakil Rektor 1 IAIN Manado dan Wakil Rois Syuriah PWNU Sulawesi Utara

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Bulan Ramadan merupakan hadiah terbaik yang dihadirkan oleh Allah SWT untuk seluruh hamba-Nya agar mampu memperbaiki kualitas dirinya di hadapan Sang Khaliq, untuk itulah dijelaskan di dalam Al-Qur'an pada ayat yang spesifik membahas tentang ibadah puasa Ramadan (QS. al-Baqarah: 183) dengan kalimat penutup ayat, yakni la'alakum tattaqun (agar kalian senantiasa menjadi orang-orang yang bertakwa).

Melalui konsepsi fi'il mudhari' (kata kerja yang sedang berlangsung) pada kata takwa tersebut, menunjukkan bahwa kehidupan manusia bagaikan roda yang suatu saat berada di bawah karena iman yang mengendur akibat maksiat dan dosa, tapi suatu saat akan berada di atas karena adanya pengharapan atau keterpurukan yang menghendaki kedekatan yang maksimal dengan Allah SWT, sehingga dengan adanya bulan Ramadan semua maksiat dan dosa akan lebur karena keutamaan-keutamaan di dalamnya dan tujuan menuju takwa akan terwujud dalam dirinya.

Demi memaksimalkan niat tersebut, sehingga terwujud petunjuk Allah agar senantia bertakwa, maka para ulama di Nusantara merumuskan berbagai perangkat penyempurna ibadah dengan cara mengumpulkan orang-orang, dari mulai berbuka puasa bersama di Masjid, zikir, shalat tarawih, tadarus dan mengkhatamkan al-Qur'an secara berjama'ah di Masjid, bahkan dengan menciptakan pasar-pasar kecil, khusus untuk menjajaki makanan untuk berbuka puasa (ifthar).

Namun, suasana Ramadhan yang ramai dan meriah itu kini harus ditunda untuk sementara waktu, karena munculnya wabah Covid-19 yang cukup meresahkan dan mengakibatkan banyak orang terpapar dan terinfeksi, bahkan berdampak kematian, maka lahirlah berbagai edaran dan imbauan dari kalangan ulama' maupun umara' agar seluruh aktivitas masyarakat, baik bekerja, belajar dan juga beribadah, dialihkan ke rumah masing-masing.

• BREAKING NEWS: Penumpang Tujuan Makassar Protes Pesawat Batal Terbang, Mau Tinggal di Mana?

Pada konteks ibadah, pengalihan dari masjid ke rumah bukanlah perbuatan dosa, atau bahkan merusak nilai-nilai akidah karena dianggap lebih takut dengan corona dibandingkan Allah SWT, padahal Nabi Muhammad saw telah mejelaskan; "bumi ini semuanya merupakan masjid (tempat sujud untuk sholat) kecuali kuburan dan kamar mandi." (HR. al-Bukhari, No Hadits 492). 

Artinya, setiap orang di masa pandemi, dapat menjadikan rumah-rumah mereka seperti masjid, bahkan bisa lebih utama ketika seluruh anggota keluarga mampu bersinergi untuk mewujudkannya, karena konsep ibadah pada dasarnya adalah "ketaatan dengan semangat ketundukan kepada Allah swt" (Tafsir Al-Manar, 1/47).

Selain daripada itu, di dalam ilmu ushul fiqh juga dijelaskan tentang 'azimah dan rukhshah dalam terma hukm wadh'i. Simpelnya, kata 'azimah dapat dimaknai sebagai kondisi di mana seluruh perintah Allah dapat dilaksanakan secara normal, sedangkan rukhshah adalah keringanan yang dihadirkan oleh Allah SWT karena adanya kondisi yang tidak normal. 

Adapun ibadah di masa pandemi ini dapat dikategorikan sebagai suasana yang tidak normal, sehingga diperbolehkan untuk beribadah di rumah sebagai bentuk rukhshah (keringanan). Nabi Muhammad saw bersabda; “Sesungguhnya Allah tabaraka wata'ala amat suka ketika rukhshah dari-Nya diambil, sebagaimana Ia membenci tatkala maksiat kepada-Nya dilakukan.” (HR. Imam Ahmad, Bazzar dan Thabrani dalam Al-Ausath). Wallahua'lam. (Ang)

• Di Tengah Penanganan Covid-19, Pemkab Minahasa Tetap Jalankan Pengangkatan Eceng Gondok