Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Masker Pintar

Hebat, Masker Pintar Pendeteksi Covid-19 Tercipta, Terobosan Dosen UJS, Terinspirasi dari Iron Man

Seorang Dosen Universitas Jenderal Soedirman Banyumas, Jawa Tengah, melakukan terobosan dengan menciptakan masker pintar.

Editor: Frandi Piring
Capture Kompas TV
Masker Pintar, Pendeteksi daerah terpapar virus corona. 

"Partikel Covid-19 juga dianggap kecil dan berpotensi menembus masker atau tertahan di dalam kain, bahkan masker medis tidak memberikan perlindungan 100 persen," katanya.

Gary Slutkin, mantan kepala pengembangan intervensi WHO juga mengatakan masker wajah tidak kedap udara.

"Masker tidak kedap udara di sepanjang sisi dan sulit dipakai dengan benar. Virus masih bisa sampai ke kita melalui udara jika kita terlalu dekat," ujar Slutkin.

Jadi, kita tidak dapat benar-benar mengandalkan masker wajah semata.

Masker dapat bertindak sebagai suplemen untuk langkah-langkah kesehatan lain yang kita ambil, tutur Aimee Ferraro, ahli epidemiologi.

Ferraro mengatakan, dalam sebagian besar kasus, virus corona menyebar melalui tetesan pernapasan yang lebih besar yang dapat dihalau sebagian oleh semacam penutup mulut dan hidung.

"Selain itu, ada konsep pengurangan dampak buruk penyakit menular yang mengindikasikan penurunan dosis patogen memungkinkan tubuh kita lebih banyak waktu untuk mengembangkan kekebalan," kata dia.

Artinya masker wajah menawarkan cara untuk membantu mengurangi "dosis" virus corona yang ditularkan.

"Sesuatu apa pun lebih baik dalam mengurangi risiko infeksi virus corona daripada tidak sama sekali," kata Ferraro.

Rayakan HUT ke -12, Bawaslu Bolsel Bagikan Ratusan Paket Sembako dan Masker Gratis
Rayakan HUT ke -12, Bawaslu Bolsel Bagikan Ratusan Paket Sembako dan Masker Gratis (Tribunmanado/Nielton Durado)

Bukan berarti bebas bertemu seseorang

Jika kita ingin menjaga diri dan komunitas kita dari virus corona, kita harus menerapkan jarak sosial.

Masker wajah tidak menggantikan jarak yang perlu kita jaga dari orang lain, kata Philip Robinson, direktur pencegahan infeksi di Hoag Memorial Hospital Presbyterian di Newport Beach, California.

"Setiap orang yang melakukan isolasi diri mengurangi risiko menulari orang lain," kata Robinson.

Ia menambahkan, dalam waktu 30 hari, seorang individu yang tidak mempraktikkan jarak sosial berisiko menginfeksi ratusan orang.

"Dengan mengurangi kontak fisik sebesar 75 persen, risiko infeksi individu itu merosot menjadi 2,5 orang," katanya.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved