Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tips Hadapi Virus Corona

Ahli Virus Jepang Ungkap Penularan Covid-19 Bisa Melalui Airborne dan Bertahan Satu Tahun Lebih

Meskipun demikian, obat yang meringankan penderita sudah bisa dibuat segera sehingga kita bisa tenang untuk sementara waktu.

Editor: Isvara Savitri
Tribunnews.com/Richard Susilo
Yoshihiro Kawaoka (55). 

"Namun untuk virus yang satu ini, Corona, memang agak lain sendiri, mesti kita cari kepastian pola geraknya dan hal ini tidaklah mudah," tambahnya.

Kawaka dalam menjelaskan virus corona tampak merasa agak aneh akan keberadaan virus baru ini.

Baginya virus ini bukan virus alamiah tetapi buatan rekayasa ahli manusia.

"Gen nya telah bisa kita bentuk berupa gambar 3 dimensi ketahuan bentuknya. Namun isi dalam gen itulah mesti terus kita gali lebih lanjut. Itu yang penting," ujar dia.

Kawaoka juga mengakui karakter virus Corona belum bisa diketahui apakah hanya bertahan di musim dingin dan semi saja, karena Jepang belum melawati musim panas.

Namun kenyataan yang ada di negara musim panas pun menjadi pandemi saat ini.

"Kalau saat ini tak bisa kita basmi, berarti masuk lagi akhir tahun musim dingin dan ada kemungkinan berkembang bangkit lagi. Jadi kita harus secepatnya menghantam virus ini segera kalau bisa," ujarnya.

Namun sekali lagi Kawaoka sangat berharap saat ini masyarakat untuk merumahkan diri sesuai anjuran pemerintah dengan jangka waktu tertentu agar pandemi di Jepang bisa cepat berakhir.

Profil Yoshihiro Kawaoka

Yoshihiro Kawaoka Lahir tanggal 14 November 1955 di Kota Kobe, Prefektur Hyogo.

Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Hokkaido pada tahun 1978, ia menjadi asisten di Fakultas Pertanian, Universitas Tottori, seorang peneliti di Rumah Sakit Penelitian Anak St. Jude, dan seorang profesor di Universitas Wisconsin di School of Veterinary Medicine.

Pada tahun 2005, ia menjadi Direktur Pusat Penelitian Internasional untuk Penyakit Menular.

Pada tahun 1999, ia mengembangkan genetika terbalik pertama di dunia (sistem rekayasa genetika) untuk sintesis buatan virus influenza.

Kemudian menerima Hadiah Robert Koch pada tahun 2006, dan dianugerahi Medali dengan Pita Ungu pada tahun 2011.

Pada 2013, ia adalah anggota asing dari American Academy of Sciences.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved