Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pandemi Global

Turunnya Kecepatan Jepang Dalam Memerangi Covid-19, Dinilai Bakal Sebabkan Keruntuhan Medis

Jepang lewat pimpinan Perdana Menteri Shinzo Abe dinilai cepat dalam hal memerangi virus Covid-19.

Editor: Rizali Posumah
AFP Photo/Brendan Smialowski
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, dikenal cepat dalam menginstruksikan jajarannya untuk memerangi Covid-19. Namun akhir-akhir ini, kecepatan jepang tersebut menurun drastis. Hal ini dikhawatirkan bakal menyebabkan keruntuhan medis dan mendatangkan kekacauan sosial. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, TOKYO - Jepang lewat pimpinan Perdana Menteri Shinzo Abe dinilai cepat dalam hal memerangi virus Covid-19. 

Namun akhir-akhir ini upaya tersebut mulai menurun dengan cepat pula.

"Memerangi coronavirus baru bukanlah sprint, bukan lari jarak pendek, satu tahun adalah maraton panjang yang bisa bertahan lama. Jepang memiliki awal yang cepat di depan banyak negara dengan perintah Perdana Menteri Abe pada akhir Februari," ungkap Prof Shinya Yamanaka, seorang dokter dan peneliti sel punca warga-negara Jepang yang memperoleh Penghargaan Nobel Kedokteran tahun 2012 bersama John Gurdon.

Menurutnya, awal yang baik dilakukan PM Abe tersebut akhir-akhir ini melemah kecepatannya.

Hal ini diugkapkannya dalam situsnya sebagai bukti sejarah muncul dan perkembangan memerangi virus Covid-19 ini.

"Namun, baru-baru ini kecepatannya telah menurun dengan cepat. Jika situasi ini berlanjut, infeksi dapat menyebar dengan cepat, yang menyebabkan keruntuhan medis dan gangguan sosial," kata dia.

Setiap orang harus terus berlari dengan kecepatan tercepat untuk memproteksi situasi rumah dan pekerjaan mereka.

Orang dituntut untuk membuat keputusan dan bertindak cerdas.

"Kami berharap bahwa penyebaran informasi ini akan membantu kita semua sebagai kriteria. Kegiatan ini dilakukan oleh perorangan. Sedangkan Kyoto University dan iPS Cell Research Institute tidaklah terlibat," ujar dia.

Untuk melihat situs profesor tersebut dapat mengakses ke URL https://www.covid19-yamanaka.com/

"Bunga sakura akan kembali lagi tahun depan. Kehidupan manusia tidak akan kembali bila terlambat mengatasinya."

Meskipun ada permintaan untuk menahan diri, akhir pekan ini banyak orang dari berbagai tempat datang ke Kyoto.

"Virus corona baru mungkin ada di sana. Ketika terinfeksi, mereka menyebar, bahkan jika mereka tidak memiliki gejala, dan menimbulkan ancaman hidup bagi mereka yang berisiko lebih tinggi terutama kalangan lansia," katanya.

Penting untuk menyadari bahwa coronavirus baru mungkin ada di sana.

"Sakura pasti akan kembali tahun depan. Tetapi apabila seseorang terbunuh, mereka tidak akan pernah kembali. Kami meminta setiap orang waspada dan mengambil semua langkah yang mungkin dengan cepat," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved