Satu Terduga Teroris Berhasil Diringkus Densus 88
Seorang warga berinisial DP (41) diamankan Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri di Kelurahan Tanjung Gadang Sungai Pinago.
Lembah Swat, area tempat tinggal Malala, dikenal sebagai "Swiss-nya Pakistan". Sebuah daerah pegunungan yang tetap sejuk di musim panas dan bersalju di musim dingin.
Namun saat itu, Lembah Swat menjelma jadi lokasi tragedi mengerikan. Hanya sekitar 90 meter dekat sekolahnya, terjadi penembakan yang melibatkan Malala sebagai korban.
Bus sekolah yang ditumpangi Malala, diberhentikan oleh dua pemuda. Malala tidak melihatnya, tapi Moniba menggambarkan dua pemuda itu seperti mahasiswa.

Seorang pemuda bertanya, "Mana Malala?" saat memasuki bus.
Moniba awalnya mengira pemuda itu mungkin jurnalis, tapi sepersekian detik kemudian dia sadar, temannya dalam bahaya.
Moniba melihat Malala diselimuti ketakutan yang mendalam, sedangkan teman-teman lainnya pura-pura tidak mengenal Malala.
Dan, penembakan pun terjadi.
"Aku mendengar suara tembakan, lalu aku melihat darah di kepala Malala," ucap Kainat Riaz, teman Malala.
Moniba menceritakan bus berhenti sekitar 10 menit, sebelum akhirnya datang warga sekitar yang menolong mereka.
Malala tertembak di kepala, karena dia memperjuangkan haknya menimba ilmu di sekolah.
Akhir tahun 2008 pemimpin lokal Taliban Mullah Fazlullah mengumumkan semua pendidikan untuk wanita harus dihentikan selama satu bulan. Jika sekolah tidak patuh, akan mendapat konsekuensi.
Dikutip dari BBC, Malala saat itu berpikir, "Bagaimana mereka bisa menghentikan kita pergi ke sekolah?"
"Tidak mungkin, bagaimana mereka bisa melakukannya?"
Singkat cerita, Malala kemudian mendapat kesempatan mengisi blog di BBC Urdu.

Dia mendapat kesempatan itu berkat ayahnya yang menyodorkan namanya, saat jurnalis BBC Urdu menanyakan siapa orang yang bisa menuliskan pandangannya tentang penindasan Taliban.